Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia merespons pernyataan Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif yang mengaku takut karena Cina menjadi investor terbesar di Indonesia.
Bukan tanpa alasan, ketakutan itu berdasarkan data yang Laode beberkan, di mana Cina menjadi negara dengan tingkat improper payment alias pembayaran tidak benar tertinggi. Bahlil pun tak menepis hal tersebut.
"Untuk Bang Laode, saya terima kasih, benar ada data Cina ini negara ngeri-ngeri sedap juga, aku jujur-jujur saja lah," kata dia dalam sebuah webinar, Selasa (8/12/2020).
Arah kebijakan pemerintah ke depan, dijelaskannya tidak boleh ada suatu negara yang mengontrol Indonesia dalam konteks investasi. RI harus memberikan kesamaan kepada negara lain juga.
Kemudian, Bahlil mencontohkan bahwa saat ini industri smelter di Indonesia dikuasai oleh Cina. Sebab, proyek tersebut hampir semuanya dikerjakan oleh perusahaan dari Negeri Tirai Bambu itu.
"Contoh katakanlah nikel, Bang Ode, hampir semua sekarang smelternya dari Cina, harus jujur saja lah kita akui," sebutnya.
Tapi bukan tanpa alasan kenapa Cina memiliki peran besar dalam pembangunan smelter di Indonesia. Sebab, menurut Bahlil negara lain tak seberani itu.
"Memang di satu sisi mereka (Cina) ini paling berani. Kalau Jepang itu terlalu banyak penelitiannya, negara lain juga begitu, debatnya minta ampun. Nah, memang yang agak nekat seperti kita orang timur ini investor dari Cina ini. Mereka itu kerja dulu baru mikir. Saya bilang ini hebat juga kawan ini," bebernya.
Tapi, diakuinya ada saja yang namanya penyimpangan. Jadi, perlu treatment khusus untuk melakukan kerja sama dengan Cina.
"Banyak yang nggak dibayar, ngomongnya hari ini A besok bikin lain, gitu. Nah ini yang sekarang tugas kita adalah bagaimana pada saat mereka investasi, kita harus ikat mereka dalam satu perjanjian yang clear and clean, kenapa? agar kemudian tidak menimbulkan hal-hal yang berorientasi pada kerugian," tambahnya.(dtf)