Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Dua raksasa industri teknologi Cina saling berseteru. ByteDance, perusahaan induk aplikasi TikTok menuduh Tencent menggunakan dominasi pasar untuk menyingkirkan mereka dari persaingan.
Dilansir CNN, Kamis (4/2/2021), ByteDance berencana menggugat Tencent pada hari Selasa lalu. Meski begitu hingga kini belum melihat gugatan yang diajukan ke Pengadilan Kekayaan Intelektual Beijing.
Mereka menuduh bahwa aplikasi perpesanan WeChat dan QQ Tencent melarang pengguna mereka berbagi konten dari Douyin (TikTok di China). Bahkan larangan itu dilakukan selama tiga tahun ke depan.
Media pemerintah, salah satunya Beijing Daily, telah melaporkan bahwa ByteDance telah meminta Tencent untuk mencabut pembatasan kontennya dan membayar kerugian ekonomi sebesar US$ 14 juta atau sekitar Rp 196 miliar (kurs Rp 14.000).
Mendapatkan tuduhan ByteDance, Tencent pun membalas. Mereka mengatakan WeChat juga berencana untuk menuntut ByteDance. Tencent menuduh Douyin telah memperoleh informasi pengguna WeChat secara ilegal dan melanggar hak konsumen.
"Tuduhan relevan dari ByteDance adalah murni palsu dan pembingkaian berbahaya," kata Tencent.
ByteDance dan Tencent memang merupakan dua pemain terbesar di media sosial China. WeChat Tencent memiliki lebih dari 1,2 miliar pengguna aktif bulanan, sementara aplikasi QQ-nya memiliki hampir 700 juta pengguna aktif bulanan.
Douyin alias TikTok dari ByteDance tidak merilis angka bulanan. Tetapi bulan lalu dikatakan bahwa rata-rata sekitar 600 juta pengguna aktif setiap hari.
Kedua perusahaan sempat berseteru beberapa lama. Sejak 2018, mereka sering menuduh satu sama lain melakukan persaingan tidak sehat, perselisihan yang terkadang terjadi di pengadilan. Pertarungan itu memiliki makna baru sekarang, apalagi selama masa pergolakan di industri teknologi Cina.(dtf)