Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Denpasar. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali tetap melanjutkan penggunaan Vaksin AstraZeneca dalam program vaksinasi COVID-19. Sebab, Vaksin AstraZeneca yang digunakan di Bali bukan batch CTMAV547 yang dihentikan sementara penggunaannya oleh Kementerian Kesehatan.
"Inggih (ya vaksin AstraZeneca) masih (digunakan)," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya dalam pesan singkatnya kepada detikcom, Senin (17/5/2021).
Suarjaya menjelaskan, hingga saat ini Bali tidak ada menerima vaksin AstraZeneca batch CTMAV547 yang dihentikan sementara oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin AstraZeneca yang tiba di Bali memiliki nomor batch CTMAV514, CTMAV516, CTMAV539, dan CTMAV544.
"Berarti dipastikan semua vaksin AstraZeneca untuk Bali tidak termasuk yang ditarik," terang Suarjaya.
Sebelumnya, Bali telah menerima vaksin AstraZeneca sebanyak 200 ribu dosis. Vaksin ini digunakan untuk tiga wilayah yang dirancang menjadi zona hijau COVID-19 seperti Internasional Tourism Development Center (ITDC) di Kabupaten Badung, Ubud, di Kabupaten Gianyar dan Sanur di Kota Denpasar.
Setelah itu, pada awal Mei pihaknya kembali menerima vaksin AstraZeneca sebanyak 501 ribu dosis. Vaksin ini telah disebarkan ke sembilan kabupaten/kota di Pulau Dewata.
Suarjaya menuturkan bahwa penggunaan Vaksin AstraZeneca di Bali juga menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), namun dalam kategori ringan.
"Gejala yang berat dipastikan belum ada. Kegiatan vaksinasi COVID-19 dengan menggunakan AstraZeneca dipastikan tetap berjalan," kata terangnya.
Menurut Suarjaya, KIPI yang dialami masyarakat setelah divaksinasi AstraZeneca di Bali berupa demam dan sakit kepala. Gejala ringan ini sudah teratasi dengan obat penurun panas dan tidak sampai masuk ke rumah sakit.
"Kita ini ada beberapa mengalami KIPI ringan. Berupa demam dan sakit kepala tetapi sudah teratasi dengan adanya pemberian obat penurun panas atau parasetamol. Itu saja, yang lain nggak ada, seperti yang kejadian di Sulawesi Utara itu tidak ada," tuturnya.
Namun Suarjaya mengaku tidak hafal berapa data pasti masyarakat yang mengalami KIPI ringan tersebut sebab memang tidak dilakukan pencatatan. Bahkan dia hanya mendapatkan informasi lewat telepon dari sejumlah masyarakat.
"Saya tidak hafal karena berada di beberapa tempat dan dikarenakan gejalanya ringan jadi tidak dicatat. Tidak ada yang sampai diopname, hanya laporan seperti ada demam lalu diberikan parasetamol dan hilang. Dan laporannya secara lisan saja melalui telepon dengan menanyakan kalau demam bagaimana. Lalu besoknya setelah minum parasetamol demamnya sudah reda," kata dia.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah menghentikan sementara distribusi dan penggunaan vaksin AstraZeneca batch CTMAV547. Selain batch tersebut, pemerintah memastikan vaksin AstraZeneca aman dan meminta masyarakat tidak perlu ragu.
Berdasarkan keterangan tertulis di situs Kemkes, Minggu (16/5), penghentian ini dilakukan untuk pengujian toksisitas dan sterilitas oleh BPOM sebagai bentuk kehati-hatian pemerintah untuk memastikan keamanan vaksin. Tidak semua batch vaksin AstraZeneca dihentikan distribusi dan penggunaannya. Hanya batch CTMAV547 yang dihentikan sementara sambil menunggu hasil investigasi dan pengujian dari BPOM yang kemungkinan memerlukan waktu satu hingga dua pekan.
"Ini adalah bentuk kehati-hatian pemerintah untuk memastikan keamanan vaksin ini. Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat untuk tenang dan tidak termakan oleh hoax yang beredar. Masyarakat diharapkan selalu mengakses informasi dari sumber terpercaya," kata juru bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi.(dtc)