Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Laju inflasi Sumatra Utara (Sumut) pada tahun 2023 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dengan syarat perlunya peningkatan produksi bahan pangan strategis. Sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia (BI) terus dilakukan antara lain melalui penguatan implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan optimalisasi pemanfaatan anggaran pemerintah untuk pengendalian inflasi pangan.
"Dengan sinergi tersebut, diharapkan dapat mengarahkan inflasi kembali ke dalam sasaran inflasi nasional 3±1% lebih awal dari perkiraan sebelumnya," kata Deputi Kepala KPw BI Sumut, Ibrahim, Selasa (27/6/2023).
Ibrahim mengatakan, faktor penahan inflasi Sumut tahun 2023 yakni sinergi kebijakan yang lebih kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan BI, penerapan kebijakan subsidi domestik yang lebih stabil sepanjang tahun 2023, ekspektasi inflasi yang terus terjaga dan penetapan Harga Acuan Pembelian dan Penjualan (HAP) dalam Peraturan Badan Pangan Nasional No 11 Tahun 2022 untuk komoditas kedelai, bawang merah, cabai rawit merah, cabai merah keriting, daging sapi atau kerbau, dan gula konsumsi.
Selain itu, kata Ibrahim, peningkatan produksi pangan strategis melalui optimalisasi KAD, pemanfaatan SRG, CAS, food estate, dan perluasan pengembangan produk olahan hortikultura yang lebih tahan lama juga akan ikut berkontribusi menahan laju inflasi tahun ini.
"Faktor lainya adalah pemahaman yang baik terhadap potensi gangguan pasokan pangan yang disebabkan oleh El Nino melalui sekolah lapang terkait iklim dan penyusunan pola tanam. Juga komunikasi efektif melalui iklan layanan masyarakat belanja bijak dan sidak pasar menjelang HBKN yang diprakirakan mampu menjaga ekspektasi masyarakat terhadap inflasi," kata Ibrahim.
Begitupun, ada juga beberapa faktor yang bisa saja mengerek inflasi Sumut tahun 2023 yakni berlanjutnya fragmentasi politik dan ekonomi dunia meskipun akan berangsur berkurang dengan pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral. Kemudian adanya potensi inflasi yang berasal dari barang impor melalui transmisi depresiasi nilai tukar dan potensi gangguan produksi hortikultura seiring dengan perkiraan keberlangsungan fenomena El Nino yang diperkirakan terjadi akhir tahun 2023.
"Faktor pendorong inflasi Sumut tahun ini berasal dari potensi kenaikan tarif listrik, LPG, dan BBM non subsidi lebih lanjut. Juga kenaikan tarif cukai hasil tembakau atau CHT untuk rokok sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024," kata Ibrahim.