Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Menindaklanjuti terjadinya kenaikan harga beras dalam kurun waktu satu bulan terakhir, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kanwil I Medan terus melakukan pemantauan dan pengawasan ke lapangan. Pemantauan ini dilakukan guna mencari tahu penyebab naiknya harga beras di tingkat konsumen yang tidak sejalan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan produksi gabah petani mengalami surplus.
Pemantauan lapangan ini merupakan tindaklanjut dari monitoring dan pengecekan harga di tingkat pedagang di Pasar Sukaramai pada September lalu yang dilakukan oleh KPPU bersama Pemprov Sumut, Bank Indonesia (BI) Satgas Pangan dan Bulog serta sidak terkait ketersediaan pasokan dan harga sejumlah bahan kebutuhan pokok di gudang distributor beras, gula, dan bawang putih Kota Medan bersama Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Medan dan tim Satgas Pangan Kota Medan.
Dua hari terakhir ini, tim dari KPPU Kanwil I yang dipimpin oleh Kabid Kajian dan Advokasi, Shobi Kurnia, bersama tim dari Biro Perekonomian Pemprov Sumut, Dinas Perindustrian Perdagangan Energi SDM Sumut, Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan Hortikultura, Bank Indonesia, Bulog dan BPS Sumut melakukan tinjauan langsung ke beberapa kilang penggilingan padi di Kabupaten Deliserdang.
Dari hasil serangkaian pengawasan lapangan diketahui, harga tertinggi untuk beras medium di pasar adalah Rp 15.000/kg, sementara harga eceran tertinggi (HET) penjualan beras medium di wilayah Sumut adalah Rp 11.500/kg. Info dari pedagang di Pasar Sukaramai, untuk permintaan beras tetap stabil walaupun harganya naik signifikan, dan pedagang mengaku adanya kekurangan pasokan beras lokal dari kilang.
Sementara dari sidak ke gudang distributor, diperoleh informasi penyebab naiknya harga beras diduga karena berkurangnya pasokan beras yang bersumber dari Gabah Kering Petani (GKP). Ketersediaan beras di beberapa lokasi gudang distributor yang dikunjungi, terdapat pasokan dari luar Sumut seperti dari Sulawesi Selatan dan juga yang diproduksi oleh PT Wilmar Padi Indonesia dengan merk Sawah dan Sawah Hijau. Adapun untuk harga beras premium yang dibeli dari PT Wilmar Padi Indonesia adalah Rp 12.700/kg dan dijual ke pengecer dengan harga Rp 13.500/kg.
Sedangkan dari tinjauan langsung ke kilang, terungkap faktor penyebab kenaikan harga gabah yang mencapai Rp 7.000/kg di bulan Agustus-September karena beberapa daerah pertanian di Sumut seperti Pantai Cermin, Sei Rampah dan Tebing Tinggi mengalami banjir sehingga sebagian besar petani padi mengalami gagal panen dan terjadi kelangkaan gabah.
"Faktor cuaca menjadi penyebab terjadinya kompetisi harga di tingkat kilang. Petani atau agen berani memasang harga paling tinggi, jika kilang tidak mau membeli, mereka akan pindah ke kilang lainnya, mau tidak mau kilang juga ikut menaikkan harga," kata Shobi Kurnia, Kamis (5/10/2023).
Shobi menambahkan, agen membeli gabah dari petani di harga Rp 6.800/kg dan menjual kepada penggilingan padi dengan harga Rp 7.000/kg. Pada Juli hingga September 2023, harga gabah masih di sekitar Rp 7.000/kg, namun awal Oktober ini harga sudah mengalami penurunan menjadi Rp 5.800/kg.
"Saat ini produksi gabah sudah mulai stabil karena masuknya masa panen, sehingga harga gabah diprediksi akan terus mengalami penurunan," kata Shobi.
Dari hasil rangkaian sidak yang dilakukan, Shobi mengaku pihaknya belum menemukan adanya spekulan yang bermain untuk menahan stok beras agar harganya tinggi ataupun penjualan bersyarat yang dilakukan dengan memanfaatkan kondisi penurunan pasokan.
"KPPU bersama pemerintah dan Satgas Pangan akan tetap mengawasi dan memantau pelaku usaha dalam rantai pasok beras ini agar tidak melakukan perilaku yang melanggar hukum persaingan usaha ataupun mengeksploitasi konsumen," tegas Shobi.