Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Tanah Karo. Selada merupakan jenis sayuran lalapan yang banyak digemari masyarakat. Namun, tidak banyak yang tau, kalau tanaman dengan nama latin Lactuca sativa ini, ketika musim hujan tiba, menemui banyak tantangan dalam proses budidayanya.
Tetapi bagi sebagaian petani, curah hujan dengan intensitas tinggilah yang mereka inginkan. Tantangan dalam bercocok tanam ketika musim hujan tiba, biasanya disertai dengan harga jual yang cukup memuaskan dan tidak jarang melambung tinggi.
"Jika penghujan tiba, selada gampang terserang hama jamur sehingga terjadi busuk daun. Butuh sedikit kesabaran dan skill dalam proses budidaya. Proses budidaya hanya membutuhkan waktu 40 hari. Setelah itu sudah dapat dibawa ke pasar, singkat kan," ujar Sadarman Tarigan kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (9/4/2019).
Lebih lanjut ia berujar, satu saset bibit selada keriting hibrid Rp 18.000 dapat ditanam di atas areal 500 meter persegi. Dengan perawatan yang maksimal dapat mendapatkan hasil 600-700 Kg. "Biaya penanaman satu saset diatas lahan 500 meter antara Rp 1 juta- Rp 1,5 juta. Harga jual minimal Rp 5.000 sudah balik modal, dan dapat sedikit. Biasanya, ketika penghujan tiba, harga selada diatas Rp 5.000/Kg nya," ungkap Sadarman.
Keterangan yang diperoleh medanbisnisdaily.com dari pelaku pasar di pasar tradisional terbesar di Tanah Karo, Pajak Roga Berastagi, harga selada di tingkat penjualan petani mencapai harga Rp 12.000-Rp 13.000 per kg (sesuai mutu). "Harga termahal dengan kualitas terbaik saat ini Rp 13.000 per kilogram," ujar Jhon Veter, pedagang di pasar.