Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Tebing Tinggi. Hari jadi Kota Tebing Tinggi yang setiap tahun diperingati pada 1 Juli berdasarkan Desentralisasiewet pendirian Gementee Tebing Tinggi oleh pemerintahan Hindia Belanda melalui Stelings Ordanitie Van Statblaad 1917 yang berlaku 1 Juli 1917, saat ini ditinjau kembali.
Peninjauan kembali hari jadi Kota Tebing Tinggi yang tahun ini memasuki usia ke-104 itu mengemuka pada Seminar Sehari Peninjauan Kembali Hari Jadi Kota Tebing Tinggi yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, Selasa (29/6/2021), di gedung Balai Kartini Baru Jalan Gunung Leuser kota Tebingtinggi.
Seminar sehari yang dibuka Wali Kota H Umar Zunaidi Hasibuan dan dihadiri Forkopimda setempat itu menghadirkan narasumber tim ahli dari USU dan UNIMED antara lain, Ketua Prodi Magister Ilmu Sejarah USU, Dr Suprayitno MHum dan Drs Edi Sumarno MHum serta Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Dr Lukitaningsih MHum.
Wali Kota H Umar Zunaidi Hasibuan saat membuka kegiatan seminar itu menyampaikan, sejak tahun 1808 sudah ada kehidupan di Tebingtinggi jauh sebelum tahun 1917 sebagai penetapan hari jadi kota Tebingtinggi. "Masak kita setiap tahun memperingati Belanda yang menjajah kita sebagai peringatan hari jadi Kota Tebing Tinggi," cetus wali kota.
"Saya sependapat dengan apa yang pernah dikatakan Bung Karno tentang Jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, karena sejarah lah yang akan kita tinggalkan kepada generasi mendatang yang karakternya terpelihara sebagai bangsa pejuang bukan sebagai bangsa yang dijajah," tegas Umar Zunaidi.
Menurut Wali kota, harus menyatakan bahwa Indonesia ini sudah ada sebelum masa kemerdekaan walaupun dalam bentuk kerajaan-kerajaan Nusantara dan budaya yang kita gali adalah budaya bangsa kita dari para leluhur kita, yang telah meninggalkan budaya yang sedemikian besar.
"Apabila (penentuan hari jadi) ini nanti telah selesai telah disahkan oleh DPRD dan saya tidak lagi menjadi walikota saya sangat bergembira, nanti kita cari identitas dan karakter daerah ini seperti apa supaya generasi kita yang akan datang tahu sejarah dan tidak melupakan budaya leluhurnya," pungkasnya.
Pihaknya mengucapkan terimakasih kepada para pemangku adat di kota ini, kepada pemangku adat Negeri Padang, kepada keturunan Datuk Bandar Kajum, Partuha Maujana Simalungun dan kepada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, disinilah peran bersama untuk mendudukkan sesuatu itu tepat pada tempatnya.
"Kami bukan ahlinya tentang ini jadi kami minta tolong dan kami serahkan hal ini kepada ahli ahli sejarah untuk mendudukkan sejarah bahwa Tebingtinggi ini ada dan lahir sebelum pemerintah Hindia Belanda menetapkan tanggal 1 Juli 1917 sebagai hari lahir kota Tebingtinggi karena diresmikannya Gementee di kota Tebingtinggi oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal tersebut," ucap wali kota.
Diakhir sambutannya, wali kota menyampaikan bahwa seminar peninjauan kembali hari jadi kota Tebingtinggi itu bukan untuk mencari kesalahan melainkan untuk mencari kebenaran. "Kita bukan mencari kesalahan tapi kita mencari suatu kebenaran dan kebenaran itu adalah sesuatu yang memang bisa dibuktikan," ujar wali kota.
Wali kota berharap melalui seminar ini, dapat memberikan hasil yang sesuai dengan data dan fakta yang nantinya bakal menjadi warisan sejarah untuk generasi yang akan datang.
Sebelumnya, Pemko Tebing Tinggi melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tebingtinggi menandatangani perjanjian kerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya USU.