Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Selama tahun berjalan 2022, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) sempat menyentuh level terendah di angka MYR 3.226/ton (28 september), dan sempat menyentuh level tertinggi MYR 7.104/ton pada 29 April. Di tahun depan, harga CPO diperkirakan mampu berada di atas MYR 3.600/ton, dari posisi saat ini yang berada dikisaran MYR 4.000-an/ton.
Tren pergerakan harga CPO di tahun 2022 ini bergerak megikuti tren pergerakan harga minyak mentah dunia. Dan di beberapa waktu tertentu, tren pergerakan harga CPO juga membentuk tren harga yang tidak jauh berbeda dengan harga kacang kedelai. Namun booming harga CPO sendiri sudah usai, dan harga cenderung bergerak dalam rentang MYR 3.200 hingga MYR 4.300/ton di tahun 2023 mendatang.
"Dengan melihat tren pergerakan harga CPO pada saat ini, kedepan atau setidaknya di semester pertama tahun 2023 harga CPO akan relatif terjaga karena didorong oleh faktor musiman atau usim kering. Harga CPO berpeluang untuk bisa dipertahankan di level seperti sekarang ini. Meskipun ada ancaman penurunan konsumsi CPO global, yang tercermin dari ekspektasi pertumbuhan ekonomi negatif dan perlambatan ekonomi di sejumlah negara importir CPO," kata pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, Rabu (28/12/2022).
Begitupun, konsumsi CPO domestik di tahun depan diperkirakan meningkat. Khususnya terkait dengan penerapan campuran bio diesel atau B35. Sehingga harga CPO global juga relatif akan bertahan mahal yang pada akhirnya akan membuat harga CPO di level petani stabil. Jika konsumsi CPO global melemah di tahun depan, maka kerugian yang didapatkan Sumatra Utara (Sumut) adalah penurunan kinerja ekspor sehingga pendapatan dari valas berpotensi mengalami penurunan.
Akan tetapi jika demand untuk pengolahan CPO menjadi barang jadi seperti biodiesel digerakan sebagai pendorong permintaan. Maka ini akan menjadi kabar baik bagi perusahaan penghasil CPO di tanah air. "Dan di tahun depan saya memperkirakan kondisi terburuk harga CPO akan berada di rentang harga MYR2.800 hingga MYR 3.200/ton," kata Gunawan.
Kondisi harga CPO berdasarkan skenario terburuk tersebut, tambahnya, belum akan memicu tejadinya guncangan pada bisnis kelapa sawit secara keseluruhan khususnya pada industri hilir. Namun petani di hulu cukup rentan seandainya harga CPO berada di bawah MYR 3.800/ton. Mengingat harga keekonomian TBS di tingkat petani saat ini berada dikisaran Rp 1.800 hingga Rp 2.000/g, seiring kenaikan harga pupuk dan laju tekanan inflasi yang membuat pengeluaran petani sawit meningkat.
"Jadi di tahun 2023 mendatang, perlindungan daya beli untuk petani sawit harus diprioritaskan. Untuk memitigasi kemungkinan penurunan harga sawit di bawah MYR3.800/ton. Meskipun di semester I tahun 2023, harga CPO diperkirakan masih akan berada di kisaran MYR 4.000 hingga MYR 4.300/ton," kata Gunawan.
Terkait harga TBS di petani yang kini masih berkutat di bawah Rp 3.000/kg, menurut Gunawan, masih akan sama dengan tahun depan. "Karena untuk kembali ke level Rp 3.000-an/kg seperti sebelum adanya larangan ekspor sulit. Bahkan kalau berkaca pada kondisi sekarang sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi. Tetapi kalau tensi geopolitik meluas, memicu kenaikan harga energi maka situasinya akan berbeda. Kemungkinan TBS kembali ke Rp 3.000-an/kg cukup terbuka," kata Gunawan.
Menurut Ketua DPW Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Dalhari Harahap, jika merujuk pada perkiraan harga di tahun depan, petani masih sulit untuk mendapatkan harga di level Rp 3.000-an/kg.
"Tapi petani ingin tetap optimis. Jika serapan dalam negeri tinggi, maka petani berharap bisa mendapatkan manfaat dari itu. Karena di tahun ini, harga di petani bisa dikatakan di bawah harapan karena masih rendah sejak ada larangan ekspor CPO. Tentu berharap di tahun depan harganya dan kondisi pasar bisa lebih bersahabat," kata Gus.