Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kinerja ekspor Sumatra Utara (Sumut) yang anjlok, ditambah dengan memburuknya kondisi ekonomi global khususnya mitra dagang Sumut seperti Cina, Pakistan, AS dan Eropa akan memicu tekanan pada kinerja ekonomi Sumut. Sebelumnya, ekonomi Sumut diperkirakan akan tumbuh dalam rentang 3,2% hingga 4% di tahun 2023 ini. Namun angka itu berubah ke kisaran 2,8% seiring dengan berbagai faktor yang membuat ekonomi Sumut bakal tumbuh di bawah realisasi tahun 2022.
"Pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua saya perkirakan berada dalam rentang 0,7-1%. Jika pertumbuhan itu berlanjut di kuartal selanjutnya, maka pertumbuhan ekonomi di akhir tahun bisa di angka 2,8%. Tentu di bawah realisasi tahun 2022 sebesar 4,7%," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Rabu (14/6/2023).
Dikatakan Gunawan, kemungkinan skenario ekonomi Sumut tumbuh di rentang angka yang paling kecil cukup terbuka. Sehingga proyeksi pertumbuhan ekonomi Sumut saat ini lebih suram dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya. Hal itu merujuk pada hasil pemantauan perkembangan dunia usaha, sejumlah lapangan usaha seperti sektor pertanian, industri pengolahan, dan pertambangan berpotensi terkoreksi di kuartal kedua (Q2) tahun ini.
Sektor telekomunikasi dan perdagangan besar/eceran berpeluang mencatatkan pertumbuhan di Q2. Namun sayangnya angka pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun lalu. "Sejauh ini saya melihat bahwa produksi di banyak perusahaan dan pelaku UMKM turun di kuartal kedua ini. Dengan penurunan produksi tersebut, maka menurut harga konstan pertumbuhan ekonomi Sumut secara kuartalan (Q1 ke Q2) di semester II tahun ini akan tumbuh 0,7% hingga 1%," kata Gunawan.
Dikatakan Gunawan, pertumbuhan kuartalan sebesar itu tidak akan cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sumut ke angka 4% di tahun 2023. Ada tiga kuartal tersisa, dimana Sumut membutuhkan pertumbuhan setiap kuartal diatas 1,5%, agar PDRB tumbuh 4% di tahun ini. Akan tetapi mengharapkan pertumbuhan sebesar itu bukan hal yang mudah diwujudkan.
Sumut menghadapi tantangan perlambatan dan resesi ekonomi eksternal (negara lain). Harga komoditas Sumut tengah mengalami tekanan hebat. Produksi dari produk pertanian maupun peternakan dan perikanan berpeluang untuk mengalami penurunan. Seiring dengan melambatnya ekspor, gangguan cuaca hingga pengurangan atau pengendalian pasokan.
Kalau berbicara harga komoditas perkebunan, seperti sawit dan karet masih berpeluang turun dari posisinya saat ini. Ancaman ekonomi eksternal akan memberikan pukulan keras bagi ekonomi Sumut. Disisi lain, sumbangsih terbesar (30%) pertumbuhan ekonomi Sumut dari Kota Medan akan terpukul oleh melambatanya sektor jasa (hotel dan restoran), ditambah dengan perlambatan pada sektor manufaktur dan perdagangan.
Kinerja ekonomi di semester I-2023 ini, kata Gunawan, akan menjadi pembuktian dan pengukur kinerja selanjutnya. Kuncinya ada di perdagangan, harga komoditas unggulan khususnya perkebunan, serta kinerja ekspor. Harga dan komoditas unggulan ini diproyeksikan akan memburuk meskipun bisa saja membaik nanti.
"Jadi harapannya ada di belanja rumah tangga yang tercermin dari perdagangan besar/eceran, dan sangat bergantung bagaimana peran pemerintah dalam menjaga daya beli seperti lewat program bansosnya," kata Gunawan.