Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Surabaya. Jawa Timur dikenal sebagai wilayah religius dan dikenal dengan wilayah santri. Jumlah pondok pesantren yang tersebar diperkirakan lebih dari seribu ponpes. Setiap pondok, juga ada para kiai.
Jawa Timur juga dikenal sebagai basisnya nahdliyin. Tapi juga ada dari kalangan organisasi Islam lainnya seperti dari kalangan Muhammadiyah.
Ketika ajang Pemilihan Gubernur Jawa Timur, banyak kiai-kiai NU yang terlibat untuk memberikan dukungan ke pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur. Bahkan, di kalangan kiai NU sendiri, ada kiai-kiai yang berbeda pendapat dalam menentukan pasangan calon gubernur.
Pun ribuan kiai menyatakan 'deklarasi' terbuka menyatakan dukungan ke calon gubernur, Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Sedangkan kiai-kiai lainnya yang dimotori KH Solahudin Wahid, KH Asep Saifuddin Chalim, ikut tergabung menjadi Tim 17-tim yang dimintar Khofifah Indar Parawansa, dalam merekomendasi calon wakil gubernur pendampingnya.
Bagaimana dengan suara kiai-kiai di kalangan Muhammadiyah? Apakah mereka juga terlibat aktif dalam menyatakan dukung-mendukung pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur di Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 mendatang.
"Pastilah (kiai dari Muhammadiyah). Panjenengan (anda) pasti melihat agenda Muhammadiyah, tidak akan melewatkan begitu saja momentum ini. Karena ini proses penentuan Jawa Timur ke depan," kata Achmad Rubaie, Wakil Ketua Bidang Polhukam DPW PAN Jawa Timur, Jumat (17/11/2017).
Pilgub Jatim tidak hanya dipikirkan oleh PAN. Tapi juga ormas Muhammadiyah dan NU.
"Saya kira, yang dipikirkan bagaimana Jawa Timur itu unggul dibandingkan Jawa Barat, dibandingkan DKI. Karena faktor itulah beliau (kiai atau ustadz dari Muhammadiyah) pasti terlibat," ujarnya.
Jika kiai dari NU ada yang terlibat hingga masuk ke dalam tim seleksi calon wakil gubernur. Apakah kiai atau ustadz dari Muhammadiyah juga akan dilibatkan PAN dalam menentukan cagub dan cawagub.
"Metodenya (keterlibatan dalam Pilgub Jatim) saja yang berbeda, tapi tanggungjawabnya sama," terangnya.
Jika di Muhammadiyah, kiai atau ustadznya melalui lembaga hikmahnya, akan memberikan wadah bagi semua kandidat, untuk menyampaikan visi misi calon tersebut.
"Kapan hari saya lihat melalui lembaga hikmahnya, menggelar sebuah pertemuan, mengundang kandidat-kandidat untuk menyampaikan visinya. Seolah-olah mengumumkan, inilah yang silakan saudara pakai. Saya mendengar, Muhammadiyah besok begitu ada penetapan, kandidat-kandidat itu akan diundang lagi. Dan Muhammadiyah se-Jawa Timur, nanti akan dikumpulkan di kantornya dan akan mengumumkan. Silakan gunakan kandidat untuk memasarkan idenya dan rebut hati orang-orang Muhammadiyah untuk mendukung," terangnya.
"Saya kira, Muhammadiyah juga menjadi faktor penentu. Kalau itu diabaikan, bisa lewat," jelasnya.
Mantan politisi DPR dan DPRD Provinsi Jawa Timur dari PAN ini menegaskan, keterlibatan kiai dalam Pilgub Jatim sangat dibutuhkan. Justru kiai tidak terlibat dalam proses pilgub, malah dikhawatirkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Saya senang kiai terlibat. Justru saya khawatir kalau kiai tidak terlibat. Dan saya menganggap, sangat positif keterpanggilan kiai-kiai itu untuk terlibat dalam Pilgub Jatim," katanya.
Katanya, kiai memang tidak berpolitik, karena yang berpolitik adalah partai politik. Tapi begitu ada peristiwa politik yang menyangkut hajat orang banyak, maka kiai akan terpanggil ikut terlibat.
"Karena jiwa kiai adalah dalam rangka memberikan pengabdian pada masyarakat. Supaya masyarakat terpandu dalam rangka menggunakan hak-hak itu. Saya menganggap sangat positif keterpanggilan kiai-kiai itu untuk terlibat dalam Pilgub Jatim," jelasnya.
Meski di kalangan kiai ada perbedaan pendapat dan pandangan dalam dukung-mendukung pasangan cagub-cawagub, kata Rubaie, hal itu adalah lumrah terjadi di kalangan kiai.
"Selama saya bergaul dengan para kiai-kiai, soal perbedaan itu baik perbedaan dalam kehidupan masyarakat, maupun perbedaan dalam pemahaman agama, itu sesuatu yang lumrah saja. Sehingga kita tidak pernah mengkhawatirkan perbedaan-perbedaan itu," tuturnya.
"Saya yakin, dengan keterpanggilan kiai dalam proses pilgub, maka Pilgub Jawa Timur akan semakin sejuk, akan semakin damai, karena para kiai membawa seperangkat nilai-nilai yang memang mengajarkan kepada para pengikutnya, perlunya memilih dengan berkahlakul karimah," tandasnya. (dtc)