Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie mengkiritik keberadaan partai nasionalis yang lebih dahulu ada. Ia menilai, partai nasionalis tersebut tidak berbuat untuk masyarakat. Sehingga, pada akhirnya ia dan teman-temannya memutuskan untuk mendirikan PSI.
"PSI sebetulnya tidak perlu berdiri jika partai nasionalis mengerjakan pekerjaan rumahnya," ujarnya di hadapan ratusan kader PSI pada acara Festival 11 PSI yang digelar di gedung MICC, Jalan Gagak Hitam/Ring Road, Medan, Senin (11/3/2019).
Kata dia, rakyat Indonesia bahkan tidak berharap mereka bekerja dengan cara yang hebat atau luar biasa. Kita cuma berharap mereka tidak korupsi, kita cuma berharap partai nasionalis tidak diam, apalagi mendukung perda-perda diskriminatif.
"Kepada partai lain baik di BPN termasuk juga yang ada dalam koalisi TKN, kami mohon maaf. Meskipun kita berada dalam perahu yang sama yang akan membawa Pak Jokowi kembali menang tapi bukan berarti kita tidak memiliki perbedaan," ungkapnya.
"PSI adalah sebuah gagasan baru dalam politik Indonesia, yang mendasarkan diri pada semangat membangun politik yang bersih, politik yang bekerja melayani rakyat, politik yang terbuka. PSI sebagaimana Jokowi adalah antitesa dari praktik politik lama," tegasnya.
Ia kembali mengungkit keberadaan partai nasionalis yang diam-diam mendukung perda syariah. Merujuk pada "The Politics of Shari'a Law" yang ditulis Michael Buehler, Guru Besar Ilmu Politik Nothern Illinois University, yang dari penelitiannya menyimpulkan bahwa PDI Perjuangan dan Golkar terlibat aktif dalam merancang, mengesahkan, dan menerapkan 443 Perda Syariah di seluruh Indonesia.
"Penelitian Robin Bush juga menyimpulkan hal yang sama. Ini bukan saya lho yang bilang. Saya hanya membacakan kesimpulan riset ilmiah," terangnya.