Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Dengan semangat tinggi untuk bisa menghidupi kehidupan rumah tangga dengan cara yang halal walau terkadang dilecehkan orang lain, itulah yang dilakukan Juanto Jeremia Sitanggang (42). Warga Polma, Dusun II, Desa Panampangan, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir ini adalah penjual tape keliling bawa angkong.
Pria yang mempersunting Br Marbun dan sudah dikaruniai dua anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan itu, sudah memulai usaha jual tape selama 15 tahun. Sebelum kembali ke kampung halaman di Samosir, dagang tape keliling pun sudah pernah dilakoninya di luar Provinsi Sumatra Utara.
"Saya sudah 15 tahun jualan tape. Sebelum ke Samosir, juga sudah pernah jualan tape di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali," kata Juanto mengawali kisahnya sebagai penjual tape keliling kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (26/3/2019), di Pangururan.
Pulang ke Samosir tahun 2007, pria kelahiran 1977 ini memulai usaha dagang tape dengan modal sendiri. "Modal kan tidak terlalu berat, hanya Rp 200.000 untuk beli bahan baku ubi kayu sebanyak 200 kg. Hasil fermentasinya 3 malam, kemudian saya jual 2 kali dalam seminggu, setiap hari Selasa dan Rabu," ujarnya.
Ia katakan, bahan baku yang diolahnya setiap hari Sabtu didapatkan atau dibeli dari warga Desa Salaon, Kecamatan Ronggurnihuta. Hasilnya setelah selesai proses fermentasi, dijual seharga Rp 2.000/bungkus. Kalau 3 bungkus diskon jadi Rp 5.000.
"Puji Tuhan, asal kita tulus melakukan segala kegiatan yang positif dan halal, sejauh ini hasil jualan keliling mulai dari rumah hingga ke kompleks Rumah Sakit Umum dr Hadrianus Sinaga, Pintusona, Pangururan, mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga," ucap Juanto.
Ia menyampaikan, biasanya berangkat jualan dari rumah pukul 10.00 WIB dengan membawa sebanyak 350 bungkus sekali keliling, paling lama sudah tiba di rumah pukul 15.00 WIB. "Terkadang jualan kurang, tapi masih jumlah itu yang bisa diangkut menggunakan angkong," katanya.
Kini ia sedang dalam tahap mengembangkan usaha yang digelutinya, dengan mulai menanam ubi kayu untuk bahan baku menambah produksi. Juga sudah membeli sepeda motor untuk memperluas wilayah penjualan.
"Yang masih kendala, belum ada keranjangnya untuk ditempel pada kendaraan, makanya masih pake angkong. Harga keranjangnya saya tanya-tanya sekitar Rp 300.000," paparnya.
Juanto pun sedikit membuka tips pengolahan tape yang ia lakukan, sehingga tape yang dijualnya terasa makin lama makin enak.
"Saya tidak pakai lagi cara pengelolaan tape dulu yang hasilnya bisa berlendir. Kini saya sudah melakukan pengolahan dengan sistem laboratorium, dan lendirnya saya kerok. Sehingga hasilnya kesat dan makin lama makin enak," tutur Juanto.
Lanjutnya, puji Tuhan, kini hasil produksi tape yang ia jual sebagian sudah didrop kepada para tukang es campur untuk menambah penghasilan.
Di akhir perbincangan, Juanto sedikit menyampaikan pesan, khusus kepada kawula muda, agar semangat berkarya, dan tidak melihat besar kecilnya hasil karya itu.
"Tidak jarang saya dilecehkan dengan kegiatan dagang ini, tapi saya tetap balas dengan senyuman. Yang penting cari nafkah halal. Begitu juga kepada generasi muda, pegang pepatah nenek moyang "Mata guru, roha sisean". Lihat hasilnya, jangan pedulikan pandangan orang dan buang gengsi. Yang penting kita tulus iklhas bekerja, niscaya hasilnya pun membuahkan yang terbaik," tutupnya.