Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Sergai. Diduga pasca vaksinasi Covid-19 tahap kedua di sekolahnya, murid SMP Negeri 4 Tanjung Beringin, Serdang Bedagai (Sergai), Sumatra Utara, Khusnul Bayu Azmy Purba (13), saat ini hanya bisa terbaring lemas di rumahnya tak bisa ikut sekolah. Remaja warga Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Tanjung Beringin, yang merupakan anak ketiga dari pasangan Hasnaniah (42) dan Ismail Purba (43) ini sebulan demam dan berulang kali pingsan.
Ditemui di kediamannya, pelajar kelas 3 SMP ini, tampak terlihat lemah, dan selalu keluar keringat dari tubuhnya. Ibunya Hasnajiah kepada wartawan mengakui bahwa anaknya sedari semasa bayi sering mengalami demam dan kejang bila sehabis mengikuti posyandu.
"Dari kecil anak saya ini tidak bisa obat medis masuk ke badannya. Pertama kali sewaktu posyandu umur 1,5 bulan, setelah di posyandu dia demam dan kejang-kejang sehabis divaksin. Begitu juga saat umur enam bulan posyandu lagi, hal yang sama juga dialaminya," ujar ibunya, Kamis (16/12/2021).
Kata Hasnaniah, setelah umur Bayu berusia lima tahun, ia pun melakukan suntik campak. Ya, begitu juga habis disuntik badannya panas dan kejang-kejang juga. Jadi enggak berani lah dikasih lagi obat.
"Sewaktu kelas 4 SD atau kelas 6 SD saya lupa, anak saya ini beserta yang murid lainnya, pernah dikasih obat kalau tidak salah obat kaki gajah (filariasis) atau apalah itu sejenisnya, dimakanlah sama anak saya ini," paparnya.
Alhasil, dampak dari meminum obat tersebut, sewaktu Bayu pulang sekolah, ia pun tidur sampai keesokan harinya.
"Tidur satu harian, sesudah itu bangun lah paginya mau pergi lagi ke sekolah, cuma kondisinya kok mengatuk terus, adalah seminggu waktu itu. Jadi saya tanya sama anak saya ini, ada makan apa, dia bilang ada makan obat kaki gajah. Cuma karena gak sakit, dan bawaannya cuma mengantuk aja, tidaklah saya takut kali," beber sang ibu.
Hasnaniah pun menegaskan jika pada intinya anaknya ini tidak bisa disuntik atau dimasukan obat apapun."Jadi ini sebelum vaksinasi Covid 19 dengan Sinovac diundanglah orang tua murid ke sekolah. Saya sudah bilang kepada pihak sekolah bahwa saya tidak mengizinkan anak saya di vaksin. Tapi gak tahulah apa yang dibilang pihak sekolah sama anak saya ini, cuma Bayu ngotot bilang harus vaksin, kalau gak di vaksin enggak bisa sekolah, gak bisa naik kelas, dan enggak bisa dikeluarkan ijazahnya," ujarnya.
Ibunya pun meminta kepada anaknya jangan mau untuk divaksin karena ada penyakit bawaannya.
"Saya bilang sama anak saya, jangan ikut vaksin. Kalau vaksin saya bilang sama anak saya ini, mamaknya ini tidak tanggung jawab. Saya bilang sama anak saya, kalau memang gara-gara vaksin anak saya enggak bisa sekolah, saya berhentikan," ujar Hasnaniah.
Namun, saat ia pergi ke Langkat, pergilah anaknya ini untuk vaksin pertama di sekolah. Namun, pulang dari sekolah, Bayu terbaring dan tidak bisa melakukan kegiatan apapun.
"Besoknya udah bengkak sebelah wajahnya. Keluar kayak berkeraklah badannya, saya pikir kerumut. Diminumkan air kelapa, hilang keraknya, eh malah timbul bisul di wajah dan di badannya," papar Hasnaniah.
Melihat kondisi anaknya itu, ia minta Bayu tidka usah lanjut vaksin suntikan II. Namun dijawab kalau enggak ikut vaksin kedua enggak keluar kartu vaksin.
"Saya bilang lagi, jika melalukan vaksin kedua apa lagi yang keluar nak, ejeknya.
Namun rupanya, Bayu malah nginap ke rumah neneknya yang berbeda dusun, berangkat sekolah dari rumah neneknya. "Eh, ikutanlah dia vaksin kedua. Nah, setelah vaksin kedua inilah akhirnya seminggu lengannya gak bisa diangkat. Namun asal ditanya, dirinya mengaku dia sehat-sehat saja. Rupanya di tempat neneknya, kalau tiba malam hari suhu badannya panas, dan sering pingsan," aku Hasnaniah.
Ternyata kondisi anak ketiganya ini semakin parah. Panasnya makin tinggi. Bayu berusaha menutupi sakitnya, dengan berupaya sendiri mengompres dengan meletakkan es batu di perutnya. Di situ lah akhirnya dirinya puluhan kali pingsan.
Karena keluhannnya tidak berkurang, dua hari setelahnya ia membawa Bayu ke sekolah. Pergilah Hasnaniah bersama pihak sekolah ke Puskemas Tanjung Beringin.
"Sampai di Puskesmas, dibilang lah kalau anak saya ini sakit bukan karena di vaksin. Karena kalau disebabkan vaksin, biasanya di situ di suntik, langsung ada dampaknya. Pihak puskemas bilang memang anak saya mau sakit, langsung saya bilang karena divaksin lah anak saya ini sakit," ujar Hasnaniah.
Setelah berobat di puskesmas dikasihlah obat, cuma ya itu tidak bisa di makan. Setelah lima menit ditelan, keluar lagi dari mulut dan hidungnya. "Mana mungkin kita kasih lagikan," ungkapnya separuh bertanya.
Masih cerita Hasnaniah, sekarang ini kondisi Bayu sudah tidak begitu parah, cuma panas tubuhnya masih kumat-kumatan. Kadang pada malam hari, dan pagi. Pingsannya dalam satu minggu ini sudah tidak ada lagi.
Saat disinggung, apakah pihak sekolah peduli, Hasnaniah mengatakan bahwa kemarin pihak sekolah sudah datang ke rumahnya, dan mengajak Bayu untuk periksa darah agar mengetahui penyakitnya.
"Cuma ya itu anak saya menolak, jadi gimana lagi dibuat. Baru dua hari ini anak saya bisa diajak ngobrol, kalau udah dengar masalah medis, udah mengamuk macam orang tak waras," beber ibunya sedih.
Hasnaniah berharap semoga anaknya segera sembuh seperti semula, dan ia mengatakan anaknya sudah sebulan sakit akibat dugaan pasca di vaksin Covid-19.
Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Tanjung Beringin, Alfi Syahri Siregar saat ditemui di SMP 4 Tanjung Beringin mengatakan, pihak sekolah sudah berupaya untuk membawa Bayu berobat.
"Kita sudah sampaikan kepada orang tua untuk membawa berobat anaknya, cuma anaknya tidak mau. Mau di bilang bagaimana, bahkan saya yang siapkan kendaraan," ujar Alfi.
Saat disinggung adanya pihak sekolah SMP Negeri 4 Tanjung Beringin yang mengancam bahwa siswa kalau tak mau ikut vaksin tidak dikasih sekolah, tidak naik kelas, Alfi membantah hal tersebut.
"Tidak benar ada ancaman, tidak benar itu, ujarnya berulang kali. Kita hanya sampaikan cuma kalau tidak sampai target vaksin, kita akan belajar online lagi, ini yang takut anak-anak, berubah kalimat ini mungkin seolah- olah tidak dikasih sekolah," ujar Alfi.
Mengapa Bayu bisa divaksin meski orangtuanya sudah melarang kepada pihak sekolah? Ia menduga Bayu langsung membawa KTP orang tuanya dan KK untuk masuk ke antrian vaksinasi.
"Seharusnya si anak itu ngotot bahwa dirinya tidak bisa di vaksin. Lagiankan, orangtuanya sudah melarang. Saya sudah sampaikan kepada staf sekolah, kalau mau anak itu berobat kita bawa. Tolong masalah ujiannya dibantu," tandas Alfi.