Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
SELAMA 4 tahun kurang dua bulan, ia menyemaikan perubahan secara akademik di Universitas Katolik (Unika) Santo Thomas Medan. Saat dilantik menjadi Rektor pada 18 Juli 2016, tema yang diusung adalah changes for greatness. Tema ini dihidupi dengan sebuah program besar service excellent (pelayaan yang prima) bagi kebutuhan pelayanan akademik. Dengan mengutamakan pelayanan yang prima, maka sebuah perguruan tinggi akan bermetamorfosa ke mutu layanan yang baik dan semakin besar makna akademiknya di tengah masyarakat.
Dalam menghidupi perubahan akademik di Unika, Romo Rektor Frietz – demikian biasa disapa di kalangan dosen dan tendik – yang sudah tutup usia pada 12 Mei 2020, mengusung filosofi Samsung, industri elektronik yang saat ini sudah memiliki markas besar di Silicon Valley, negeri Paman Sam, yakni “Change everything but your wife and children”.
Kisah filosofi Samsung ini berawal ketika Lee Kun-hee, anak dari Lee Byung-chul pendiri Samsung, menjadi CEO Samsung Group pada Februari 1993 mengunjungi toko elektronik di California Selatan. Saat itu ia menemukan sesuatu yang mengejutkan, yaitu TV merek Sony dan Panasonic dipajang di rak-rak bagian depan toko, sedangkan TV Samsung diletakkan di bagian belakang dan berdebu. Lee merasa sangat sedih.
Di bulan Juni tahun yang sama, Lee berangkat ke Frankfurt (Jerman) dan menginap di Falkenstein Grand Kempinski Hotel dan kemudian memanggil semua eksekutif perusahaan Samsung untuk datang menemuinya. Pada tanggal 7 Juni 1994, ia mengucapkan Frankfurt Declaration di sore hari selama tiga hari berturut-turut. Dari pidato tersebut muncullah suatu pernyataan yang sampai sekarang menjadi spektakuler: “Change everything but your wife and children” (Ubahlah segala-galanya kecuali isteri dan anak-anakmu). Sejak itu slogan utama Samsung adalah “Fostering the individual and change begins with me” dengan strategi “qulity control and quality management” yang dianggap sebagai Gospel (Injil) Samsung.
Saat memulai tugas barunya sebagai rektor, Romo Rektor Frietz mengatakan bahwa sebuah perguruan tinggi (PT) akan mengalami suatu situasi yang sulit jika belum bisa merespon masalah internalnya. Masalah harus direspons secara strategis, terutama jika problematika internal itu sudah berlangsung lama dan kronis. Ia selalu sebutkan agar setiap insan kampus dapat memetakan situasi terkini yang dihadapi institusinya untuk bersama-sama memperbaiki, karena jika tidak, bisa membahayakan eksistensi lembaga tersebut.
Hipotesisnya ialah, jika problema turunnya minat lulusan SMA dan kelompok muda lainnya untuk kuliah di sebuah PT dan itu sudah berlangsung lama adalah sebuah simtoma akut yang tidak dapat lagi direspons dengan “cara lama” (Frietz, 2016). Dalam setiap kesempatan dengan tim rektorat, dekanat dan dosen, ia selalu degungkan bahwa diperlukan suatu strategi mendasar dan komprehensif, termasuk melihat masalah-masalah kronis yang terjadi yang hanya dapat dilihat dengan pikiran (mind) dan bukan dengan mata fisik untuk kemajuan PT.
Tahun pertama sebagai rektor, ia mengusulkan suatu formula dalam program kerjanya untuk merespon masalah sebagai solusi terbaik (third alternative) agar sebuah PT dapat kembali on-track untuk kembali mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Formula tersebut digambarkan sebagai berikut: event (E) + eesponse (R) = outcome. Formula yang diciptakan oleh Robert Resnick, seorang ahli psikoterapis dari Los Angeles ini bisa dijelaskan secara ringkas sebagai berikut. Ubahlah tindakanmu [R] terhadap kejadian [E] dan kondisi yang ada, maka akan diperoleh hasil (O) yang diinginkan.
Even (E) yang dimaksud dalam formula ini merujuk pada permasalahan PT seperti yang sudah dipaparkan di atas. Secara empiris, kondisi ini tidak terjadi begitu saja, tetapi sudah berproses dan berlangsung relatif lama oleh karena sudah sampai kepada suatu outcome (O) yang ternyata tidak sesuai dengan harapan semua stakeholders. Tentu saja berbagai response dilakukan, seperti misalnya promosi ke sekolah-sekolah lanjutan atas di berbagai penjuru daerah, menggelar spanduk penerimaan mahasiswa baru di banyak lokasi, menjalin kerja sama dengan beberapa pemerintah kabupaten, kota dan provinsi, dan pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi, khususnya yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah. Namun, tetap saja ekspektasi stakeholders PT belum terpenuhi, bahkan PT semakin rentan kekurangaan mahasiswa, mengingat semakin tajamnya kompetisi, karena kian banyaknya institusi yang sama juga bermain dalam pasar pendidikan yang sama, yaitu Sumatera (Utara) khususnya.
Budaya Mutu
Romo Rektor Frietz, secara jeli melihat bahwa sebuah PT itu sesungguhnya harus berbudaya mutu agar dapat berperan mengangkat masyarakat sekitarnya untuk ikut dalam arus kemajuan peradaban dan teknologi. Perguruan tinggi dipandang sebagai katalisator perubahan dan kemajuan, sehingga suatu PT pada dasarnya harus melebihi kondisi masyarakat sekitarnya. Dalam konteks ini, sebuah PT harus berfungsi, baik secara internal maupun eksternal agar kinerja yang baik pada performance dalam ketiga bidang utamanya, yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dapat dicapai. Dengan singkat dapat dikatakan tingkat mutu sebuah universitas sangat ditentukan oleh seberapa banyak penelitian, karya ilmiah dan pengabdian masyarakat yang dilakukan para dosennya.
Kepada setiap fungsionaris di Unika, selalu diingatkan bahwa bahwa mutu PT di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan PT di belahan dunia lainnya, khususnya Asia. Kesadaran ini mendorongnya sebagai rektor untuk menerapkan budaya mutu secara berkelanjutan dan memahami regulasi, seperti Kemenristek Dikti untuk berjuang menyetarakan mutu Unika paling tidak dengan PT negeri dan swasta yang sudah memperoleh akreditasi institusi (APT) A atau unggul. Dan secara perlahan dengan metode “kaizen” (memperbaiki mutu secara berkelanjutan) Unika bisa menyamai mutu PT di negara-negara Asia dan dunia dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.
Tekad ini mulai diwujudkan dengan penerapan budaya mutu (the culture of quality) di lingkungan Unika. Sebagai rektor, kemudian memperkenalkan sistem penjaminan mutu yang didasarkan pada UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Permenristekdikti No 62 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. Pengembangan budaya mutu menjadi awal untuk pengusulan borang akreditasi institusi perguruan tinggi (AIPT) Unika.
Di tahun akademik 2017 dan 2018, Unika bertekad untuk menerapkan secara konsiten budaya mutu ini sebagai syarat untuk mendapatkan Akreditasi Perguruan Tinggi (APT). Hasilnya pada 2 Desember 2018 Unika memperoleh Akreditasi B (sangat baik) untuk Institusi (APT). Capaian ini menjadi sebuah lompatan kuantum (kwantum leap) di bawah kepemimpinan Romo Rektor Frietz.
Romo Rektor Frietz yang juga aktif menggaungkan soal keberagaman dan antiradikalisme di kampus dan banyak berkarya di kerja-kerja sosial saat menjabat sebagai Direktur Cordia Caritas Medan untuk menangani bencana gempa-tsunami di Aceh dan Sumut, dalam program kerjanya empat tahun ke depan bertekad membawa Unika memperoleh akreditas A (unggul).
Komitmennya mengantarkan Unika terakreditasi A ialah bentuk dari filosofi yang dihidupi di perguruan tinggi Katolik ini, jika kita tidak maju, maka sesungguhnya kita sudah mengalami kemunduran. Persis seperti yang dikatakan oleh filsuf Johann Wolfgang Von Goethe asal Jerman: "Orang yang tidak bergerak maju akan bergerak mundur".
Kami yang engkau tinggalkan di Unika menjadi pewaris perubahan yang sudah engkau ukirkan untuk diwujudkan di masa datang. Pembawa perubahan Romo Rektor Frietz itu sudah tiada. Sudah menghadap Tuhannya yang lebih tinggi lagi. Tuhan Allah yang menciptakan hidupnya, hidup kita semua, Sang Maha Pencipta. Selamat jalan Romo Rektor!
===
Penulis Guru Besar Tetap dan Plt Rektor Univesitas Katolik Santo Thomas Medan.
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]