Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Setelah terpilih kembali sebagai Presiden Republik Indonesia periode 2019-2024, Joko Widodo mengangkat 7 orang generasi milenial sebagai staf khusus yang menjadi teman diskusinya. Kehadiran mereka memberi harapan adanya perubahan dan pembaharuan. Namun 5 bulan berjalan, 2 di antaranya telah mengundurkan diri dengan beberapa alasan dan pertimbangan. Apakah generasi milenial sebenarnya telah memiliki kemampuan yang memadai untuk mengemban tugas dan tanggung jawab yang diberikan?
Kabinet milenial bukan hanya terjadi di pemerintahan, namun juga di perusahaan. Mereka banyak yang telah menduduki posisi strategis. Sudah tepatkah generasi milenial diberi tanggung jawab lebih besar di perusahaan, khususnya di masa normal baru? Waktu dan prestasi tentu yang akan menjawabnya.
Generasi milenial atau juga dikenal sebagai generasi Y didefinisikan sebagai kelompok manusia yang lahir antara 1980-2000. Berdasarkan Profil Generasi Milenial Indonesia tahun 2018, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa sepertiga penduduk Indonesia tergolong sebagai generasi milenial yang hidupnya aktif bermedia sosial, kreatif, membangun gaya hidup berdasarkan passion, dinamis, kritis, open minded, dan berpendidikan lebih baik. Mereka tersebar di perkotaan (55%) dan pedesaan (45%). Besarnya proporsi usia produktif menjadi “bonus demografi” bagi Indonesia.
Pandemik virus COVID-19 melahirkan masa normal baru yang menerapkan berbagai protokol dengan mengubah tatanan dasar kehidupan manusia. Perubahan tersebut memerlukan peran generasi milenial untuk memunculkan banyak produk inovatif dan menciptakan model bisnis baru dengan memanfaatkan teknologi. Secara alamiah generasi milenial akan menggantikan generasi senior. Di normal baru kebijakan dan strategi bisnis sejatinya juga disesuaikan dengan karakter generasi milenial.
Generasi Normal Baru
Transisi generasi yang sedang berlangsung di semua organisasi, termasuk di perusahaan, berpotensi terjadi perbedaan pola pikir, pola sikap, dan pola kerja. Konsultan manajemen kinerja asal Amerika Serikat, Gallup, mengemukakan bahwa para milenial bekerja bukan untuk sekadar mencari uang, tetapi ingin mewujudkan jati dirinya dan menikmati passion-nya. Mereka tidak segan untuk meninggalkan perusahaan akibat pekerjaannya tidak sesuai dengan harapan dan minatnya, sedangkan generasi yang lebih senior (Generasi X dan Baby Boomers) bekerja untuk mencari penghasilan.
Di normal baru, perusahaan sepatutnya lebih lagi memberi peluang untuk generasi milenial mengembangkan potensi diri, menantangnya untuk berprestasi, dan membebaskannya berkreativitas melalui teknologi.
Generasi milenial tidak menyukai hal-hal yang monoton, kaku, dan terlalu administratif. Peraturan dan prosedur yang ketat menjadikan generasi milenial tidak nyaman bekerja. Mereka lebih menyukai pekerjaan dengan jam kerja yang fleksibel, mereka akan lebih produktif bila diberi kebebasan menentukan waktu kerja dan proses untuk menjalankan pekerjaannya. Tidak jarang mereka rela berkorban waktu dan tenaga demi menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan memenuhi target waktu penyelesaian. Karakter ini sangat sesuai dengan ritme pekerjaan di normal baru yang mengenyampingkan formalitas dalam pekerjaan. Artinya, pekerjaan yang berorientasi terhadap hasil lebih sesuai di masa normal baru daripada berorientasi terhadap proses.
Solusi Adaptasi
Di normal baru, keberhasilan bisnis ditentukan dari keberhasilannya membentuk sumber daya manusia sebagai modal insani bahkan menjadikannya sebagai partner bisnis. Generasi milenial menjadi salah satu kekuatan perusahaan untuk berinovasi dan bertumbuh di normal baru yang harus beradaptasi terhadap berbagai perubahan.
Kesenjangan generasi harus ditransformasikan menjadi keuntungan potensial bagi perusahaan. Generasi milenial harus menghargai dan belajar dari pengalaman generasi senior. Sebaliknya, generasi senior harus membuka diri, tidak memaksakan, dan memberikan kesempatan kepada generasi milenial menuangkan ide-idenya. Komunikasi harmonis antar generasi akan memuluskan proses transisi. Berikan apresiasi terhadap hasil, proses, dan potensi yang dimiliki oleh generasi milenial.
Apresiasi tersebut tidak selalu harus berbentuk uang, namun sesuatu yang bisa meningkatkan moril dan kepercayaan diri mereka. Tidak ada lagi alasan bagi perusahaan untuk tidak memberikan peran lebih kepada generasi milenial di normal baru.
===
Penulis General Manager Rodalink Indonesia
===
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected].