Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Hari Raya Iduladha 1441 H akan segera tiba. Bagi umat Islam, menyambut Iduladha dengan perayaan berkurban. Peristiwa bersejarah ini bukan hanya mengandung nilai ritual keagamaan yang sarat nilai pengorbanan dan kesabaran. Tetapi, juga memiliki nilai kesalehan dimensi pendidikan yang mulia. Ibadah kurban sebagai ritual ketundukan sekaligus inspirator pengembangan rumusan konsep pendidikan modern.
Perayaan idul kurban tahun ini sangat berbeda. Tidak ada perjalanan ibadah haji ke Baitullah karena pandemi Covid-19 yang masih mengancam keselamatan jiwa. Namun nuansa perayaan hari raya ini, tetap dilakukan dengan penuh khidmat.
Iduladha tak hanya soal sejumlah ritual keagamaan yang saling terkait satu sama lain, seperti haji, salat id, kurban, dan lainnya. Lebih luas dari itu menyuguhkan makna yang dalam bagi kehidupan manusia. Iduladha, kurban, dan ibadah haji adalah satu kesatuan kepatuhan umat sebagai wujud penghambaan. Ketiganya diikat dalam rangkaian ibadah haji di tanah suci Mekkah, terutama saat-saat puncaknya.
Tradisi dan budaya berkurban tidak hanya dikenal dalam agama Islam, agama-agama lainnya pun mengenal tradisi demikian. Namun, tradisi berkurban dalam agama Islam dengan agama lainnya berbeda. Tradisi kurban dalam Islam tidak dengan menyiramkan darah binatang sembelihan ke tempat peribadatan dan dagingnya di lempar ke pintu. Namun keikhlasan dalam berkurban itulah yang diserahkan kepada-Nya sementara dagingnya diberikan kepada para fakir miskin.
Dengan demikian, maka kurban tersebut mengandung unsur ketuhanan dan kemanusiaan. Dimensi ketuhanan diaplikasikan dengan bertakwa kepadanya, sedangkan dimensi kemanusiaan diaplikasikan dengan membagi daging kepada para fakir miskin. Hubungan kedua unsur di atas merupakan terapi psikologis kaum fakir miskin dan mengurangi angka kemiskinan serta kesenjangan sosial lainnya.
Kurban, bila ditelusuri dari akar sejarahnya, memuat banyak ajaran yang sangat positif. Tidak melulu soal berbagi satu sama lain atau dimensi sosial sebagai upaya menghilangkan kesenjangan, tetapi juga memuat petunjuk yang baik dalam bidang pendidikan.
Di antara makna pendidikan yang diajarkan dalam ritual qurban adalah pertama, ibadah qurban merupakan bentuk kesediaan manusia untuk mengorbankan harta bendanya demi menuju jalan Allah SWT. Berkurban demi membela dan membantu kaum fakir miskin. Dari sini, kurban berarti mengandung pesan substansial agar selalu termotivasi untuk membantu meringankan penderitaan orang lain. Dengan kata lain, berkurban mengandung nilai karakter mau berbagi kepada sesama.
Kedua, makna ketundukan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah untuk menyembelih anaknya, Ismail, menginspirasikan kepada kita untuk senantiasa patuh dan sabar kepada ‘atasan’ sang pembuat undang-undang dan aturan yang ada. Kita ikhlas menerima setiap ketentuan yang telah digariskan sang Maha Bijaksana. Apa pun bentuk ujian dan cobaan yang di berikan oleh Sang Maha Pencipta adalah baik menurut-Nya, meski terkadang buruk menurut pandangan manusia.
Kemudian yang ketiga, makna kesunnahan menggumandangkan takbir saat proses penyembelihan hewan qurban, mengisyaratkan kepada kita bahwa hanya Allah SWT yang memiliki kekuasaan agung dan absolut. Oleh karena itu, tidaklah patut para pejabat negara, elite-penguasa, elite-politik, dan manusia elite lainnya, bertindak semena-mena terhadap manusia lain serta bersikap sombong selama di muka bumi ini.
Dan terakhir, makna simbolisasi qurban dengan menyembelih hewan ternak berarti menyembelih sifat-sifat kebinatangan seperti egois, serakah, rakus, menindas, tidak mengenal aturan, norma atau etika, dan rela membunuh saudara demi keuntungan pribadi. Usaha memperkaya diri sendiri, memonopoli seluruh sektor perekonomian, korupsi, penindasan terhadap masyarakat lemah, tidak taat aturan, bertindak amoral, arogan, dan apatis terhadap realitas sosial masyarakat yang memprihatinkan.
Peristiwa penuh simbolik dan bersejarah ini, merupakan isyarat nyata untuk merenungkan kembali secara lebih mendalam. Rangkaian ibadah haji dan qurban memang bukan sekadar mengenang peristiwa-peristiwa terdahulu, lebih dari itu, memberikan arti dengan dimensi yang luas dalam kehidupan manusia. Isyarat ini menunjukkan bahwa kita mesti berqurban secara ruhani, materi, dan fisik. Semoga ibadah kurban kita menjadi ibadah yang hakiki dalam konteks ritual maupun sosial pendidikan.
====
Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Washliyah Sibolga-Tapanuli Tengah dan Wakil Kepala Sekolah Urusan Humas SMA Negeri 1 Matauli Pandan.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]