Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
KOTA Medan merupakan salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Jakarta, Surabaya dan Makassar (menurut Bappenas). Dan Medan yang juga merupakan kota multietnis, dimana penduduknya terdiri dari latar belakang suku, agama, dan budaya yang berbeda-beda. Selain Melayu dan Karo sebagai penghuni awal, Medan didominasi oleh etnis Jawa, Batak, Tionghoa, Minangkabau, Mandailing, dan India. Hal ini membuat karakter penduduk di tiap-tiap sudut Kota Medan berbeda-beda, masalah yang ditimbulkan berbeda-beda pula.
Medan sebagai kota terbesar ketiga, setelah Jakarta dan Surabaya, diikuti dengan jumlah penduduk yang juga cukup padat memiliki berbagai masalah yang masih harus digarisbawahi. Permasalahan penting yang meresahkan masyarakat salah satunya adalah jalan rusak yang berada hampir di setiap sisi jalanan kota (baik itu di tengah kota maupun di pinggiran), masalah tumpukan sampah yang tak terkendali serta masalah banjir yang terjadi hampir di saat hujan deras melanda, di mana daerah resapan air yang rendah.
Di akhir tahun 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLKH) menyatakan bahwa Kota Medan menjadi kota TERKOTOR di Indonesia. Mengagetkan memang, karena kotai ni punya segala potensi untuk menjadi kota besar yang tidak kalah dengan kota maju di dunia.Penobatan “Gelar” dari KLKH ternyata bukan tanpa alasan. Pengelolaan sampah yang terbilang tidak maksimal menjadi alasan utama dan menggambarkan kota ini menjadi kota terkotor. Sebanyak 2.100 ton sampah dihasilkan setiap hari dan rata-rata per bulan mencapai 63.000 ton sampah yang menjadi akar permasalahan. Masalah sampah ini makin lengkap ketika saluran drainase di beberapa titik tidak bekerja dengan baik. Alhasil, ketika hujan datang sampah menumpuk, maka banjir akan langsung menggenangi wilayah Kota Medan.
Kemudian, seolah menjadi “budaya” tindak pidana korupsi di jajaran Pemerintah Kota Medan semakin memperburuk wajah ibu kota Provinsi Sumatra Utara. Pasalnya, sejak tahun 2005 orang nomor satu di Kota Medan terseret kasus korupsi. Berawal dari Abdillah yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Medan periode 2005-2010. Abdillah terjerat kasus korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran dan penyalagunaan APBD pada Pemerintah Kota Medan dan dihukum 4 tahun penjara. Menyusul Abdillah, Wali Kota Medan periode 2010-2015, Rahudman Harahap, pun seakan ‘tak mau kalah’. Rahudman dihukum 5 tahun penjara setelah terbukti menyalahgunakan Dana Tunjangan Pendapatan Aparatur Pemerintahan Desa, Kabupaten Tapanuli Selatan 2005 sebesar Rp 1,5 miliar untuk kepentingan pribadi.
Terkini, Wali Kota Medan periode 2015-2020, DzulmiEldin yang dahulu mendampingi Rahudman Harahap sebagai Wakil Wali Kota Medan itu pun ditangkap tangan oleh tim Komisi Pembrantas Korupsi (KPK). Maka wajar saja Indeks Persepsi Korupsi yang dirilis Transparancy International Indonesia (TII) pada tahun 2017 Kota Medan mendapat peringkat terendah. Selanjutnya survei Indonesia Corruption Watch (ICW) pada tahun 2019 juga menempatkan Kota Medan sebagai Kota terburuk dalam hal penanganan korupsi.
Harapan masyarakat untuk perubahan Kota Medan kembali muncul dalam perhelatan Pilkada Medan 2020. Pasangan Akhyar Nasution-Salman Alfarisi dan Bobby Nasution-Aulia Rahman, yang menjadi kontestan diharapkan mampu menjadi “JuruSelamat” Kota Medan jika nanti terpilih. Pilkada Medan 2020 harus melahirkan pemimpin yang solutif dan inovatif. Kebijakan pembangunan Kota Medan ke depan harus mampu menghadirkan kenyamanan dan kebahagiaan bagi masyarakat Kota Medan. Keunggulan letak geografis Kota Medan sebagai pintu gerbang arus globalisasi juga harus bisa dimanfaatkan oleh wali kota terpilih untuk menjadikan Medan sebagai kota kelas dunia (world class city)
Selain permasalahan di atas, Kota Medan juga dihadapkan oleh rendahnya partisipasi pemilih. Partisipasi pemilih harus menjadi sorotan serius bagi kandidat maupun penyelenggara. Akankah tragedi 2105 bakal terulang kembali, yakni anjloknya angka kehadiran warga ke TPS, yang hanya 25.38% dan tercatat terendah di seluruh Indonesia, atau barangkali ada proses perubahan yang lebih baik mengingat capaian angka partisipasi pemilih yang cukup tajam pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden serta Legislatif tahun 2019, yang mencapai angka 74%. Mesikipun angka ini tidak mencapai target nasional 77,5%.
Melihat kondis iterkini Kota Medan dengan segala macam persoalannya, timbul asumsi di tengah masyarakat akankah Pilkada kali ini melahirkan pemimpin yang mampu membawa Kota Medan bangkit dari keterpurukan? Mengingat tahun-tahun sebelumnya, dimana sudah 3 kali berturut-turut wali kota sebelumnya menjadi tahanan Komite Pemberantasan Korupsi (KPK). Apatisme masyarakat Kota Medan akan hadirnya pemimpin yang berintegritas hasil Pilkada tampak dari hasil tingkat partisipasi masyarakat yang sangat rendah pada Pilkada Medan 2015. Seyogyanya, Pilkada Medan tahun 2020 yang akan berlangsung pada bulan Desember mendatang seharusnya menjadi ajang kontestasi gagasan bagi calon wali kota dan wakilnya untuk menujukkan siapa yang terbaik antara pasangan satu dan lainnya.
Mengapa Bobby-Aulia Paling Tepat Pimpin Kota Medan?
Bobby-Aulia diusung delapan partai politik (parpol), yaitu PDI Perjuangan, Gerindra, Golkar, Nasdem, PAN, PPP, PSI dan Hanura. Sejak awal pencalonan Bobby-Aulia membawa semangat kolaborasi yang akan diterapkan dalam pemerintahannya kelak. Konsep pemerintahan Bobby-Aulia kemudian disebut sebagai collaborative government atau pemerintahan kolaboratif. Kolaborasi itu merupakan kosa kata yang paling dekat semangatnya dengan zaman sekarang, zaman kekinianyang nafas dan jiwanya adalahdemokrasi. Zaman persaingan terbuka yang hadir dari kemajuan teknologi dan arus globalisasi.
Jantung dari demokrasi kita adalah kolaborasi. Setiap orang memiliki peran dan fungsi yang signifikan dalam kehidupan bernegara. Sekecil apapun partisipasi masyarkat Kota Medan akan memberi pengaruh dalam pembangunan Kota Medan. Semangat kolaborasi diharapkan dapat mengembalikan kejayaan Kota Medan dan berkembang pesat mengimbangi perkembangan dunia modern dengan tetap berpegang teguh pada kearifan budaya lokal.
Kota Medan perlu pemimpin yang enerjik dan revolusioner. Pemimpin produk Pilkada Medan 2020 harus mampu membawa perubahan yang signifikan seperti yang diharapkan masyarakat. Medan sebagai barometer keberagaman harus mampu menjad icerminan bagi daerah lain dalam kedewasaan memilih pemimpin berdasarkan pilihan yang rasional. Komplesksitas permasalahan di Kota Medan harus dituntaskan oleh pemimpin yang memiliki jaringan luas, baik di tingkat lokal, nasional dan internasional. Selain itu, Medan butuh pemimpin yang mampu menggerakkan berbagai macam elemen masyarakat untuk bersama-sama berkolaborasi dalam pembangunan Kota Medan. Dari semua kriteria tersebut, maka Bobby-Aulia adalah yang paling tepat untuk memimpin Kota Medan ke depannya.
Penutup
Dengan segala permasalahan yang ada di Kota Medan, tentu saja optimisme masyarakat akan hadirnyapemimpin yang akan menjadi “JuruSelamat” bisa diwujudkan dalam Pilkada Medan 2020. Image negatif yang sudah kadung tersemat pada Wali Kota Medan sebelum-sebelumnya semoga tidak terulang. Pemimpin yang terpilih harus mampu “Berjihad” bagi kemaslahatan masyarakat Kota Medan dan memberikan kebanggaan kepada warga Kota Medan. Kebijakan pembangunan ke depan harus memperhatikan keberagaman etnis, suku dan agama di Kota Medan, karena hal tersebut merupakan modal dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Semoga!.
====
Penulis Juru BIcara Tim Pemenangan Pasangan Calon Wali Kota Medan Bobby-Aulia.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]