Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Gaya hidup digital yang menjadi tren saat ini tentulah akan sangat mempengaruhi cara pandang generasi milenial terhadap perilaku keseharian. Hal itu termasuk ketika generasi milenial mengkonsumsi informasi yang tersebar luas di media sosial. Kian kreatif suguhannya tentu akan semakin menarik minat para generasi milenial untuk mengenalnya. Artinya, bila kemudian para generasi milenial kesehariannya hanya disuguhi konten kreatif tapi materinya jauh dari nilai-nilai luhur Pancasila, tentu lambat laun, nalarnya akan mengikuti pesan dari konten tersebut.
Bahkan, bila generasi milenial selalu disuapi oleh konten-konten ideologi transnasional, tentu lambat laun, ideologi tersebut akan diterima. Sehingga membuat watak para generasi milenial kian menjauh dari nilai-nilai Pancasila. Miris tentunya. Hal itu disebabkan generasi milenial lahir dan tumbuh dengan gaya hidup digital, yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap kreativitas atas sebuah pesan. Sehingga, pesan yang paling kreatif, akan mudah dicerna oleh generasi milenial. Hal yang sama juga terjadi pada cara pandang para milenial terhadap Pancasila. Artinya, bila kemudian generasi milenial disuguhi oleh konten-konten dengan bernafaskan Pancasila, tentulah nilai-nilai luhur Pancasila akan kembali menguat dalam nalar para kaum muda.
Generasi Milenial
Perlu diketahui bahwa istilah generasi milenial berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya Millennial Generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Perihal watak dan karakter berpikir, generasi yang menduduki kelas menengah ini, lebih argumentatif, kritis, objektif dan kreatif terutama dalam mencari solusi. Dikatakan demikian karena generasi milenial bisa diartikan sebagai reinkarnasi “kaum muda baru” yang dipercaya turut mengubah arah bangsa kedepan. Kaum muda baru yang tampak lebih rasional, kritis dan mengedepankan obyektifitas termasuk dalam pemilihan konten. Artinya, jikalau generasi senior salah memberikan konten, maka secara tidak langsung telah memperlebar peluang terpapar akan konten yang jauh dari nilai Pancasila.
BACA JUGA: Urgensi Pengembangan Digitalisasi UMKM
Singkat kata, kelebihan dan kekurangan inilah yang kemudian menjadi target sasaran bagi ideologi transnasional untuk menyemai proses kaderisasi bagi para generasi milenial. Dengan demikian, sikap yang dibangun oleh generasi milenial akan sangat dipengaruhi seberapa besar para generasi milenial ini mencerma sebuah informasi.
Langkah Taktis
Dengan semakin tingginya ancaman ideologi transnasional radikal ke Indonesia tentunya diperlukan langkah taktis agar generasi penerus bangsa ini tidak terbuai dengan rayuan manis ideologi selain Pancasila. Oleh sebab itu tidak ada cara lain yakni dengan memperkuat internalisasi nilai-nilai luhur Pancasila dengan mengikuti gaya hidup generasi milenial pula. Internalisasi nilai-nilai Pancasila ini bisa dimulai dengan cara-cara sederhana dan kreatif yang tetap mengedepankan aspek visual kreatif.
Artinya pemerintah melalui Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) harus dapat memproduksi konten kreatif yang bernafaskan nilai-nilai Pancasila secara kreatif pula. Konten itu harus sederhana dan tidak terkesan pesanan semata. Bahkan konten tersebut, dapat pula dengan menampilkan ikon-ikon pakaian budaya nusantara. Sebut saja yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada peringatan hari lahir Pancasila yang digelar di Istana Kepresidenan Bogor. Presiden Jokowi mengenakan baju adat dari Kabupaten Tanah Bambu. Dengan demikian, langkah taktis yang diambil oleh Presiden Jokowi tersebut telah berhasil membumikan salah satu bentuk dari ikon Pancasila kepada generasi milenial, sesuai dengan gaya hidup digital.
Pada akhirnya, langkah internalisasi nilai-nilai Pancasila kepada generasi milenial harus sedini mungkin menggunakan karakter yang tentunya bersahabat dengan gaya hidup digital. Tentulah internalisasi ini akan menjadi cara terbaik dalam upaya mengarahkan semangat militansi generasi milenial ke jalur yang benar untuk kesejahteraan dan kemuliaan bangsa serta negara. Bila kemudian, internalisasi nilai-nilai luhur Pancasila dalam watak generasi milenial berhasil, maka bisa dijamin mereka akan tetap melangkah dengan pegangan hidup berbasis Pancasila, dan bukan ideologi lainnya.
====
Penulis Penneliti Institute for Digital Democracy, Alumnus S2 Departemen Politik Pemerintahan UGM dan Magister Akuntansi UII Yogyakarta.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]