Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
PANDEMI Covid-19 yang tengah melanda Indonesia tidak menyurutkan langkah para elite politik untuk terus berkompetisi dalam upaya menarik atensi publik jelang kontestasi politik 2024. Bahkan hingga saat ini sejumlah elite politik telah menggunakan berbagai cara untuk meraih simpati publik. Di antaranya menggunakan pemasaran politik dengan memajang wajah di baliho dan billboard di semua wilayah
Tercatat beberapa elite politik yang sibuk memamerkan wajahnya melalui baliho, di antaranya Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPP PDI Perjuangan), Puan Maharani; Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto; Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar hingga Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono.
Sebenarnya, publik sudah sangat hafal bahwa cara politisi menggunakan baliho adalah berupaya mendongkrak popularitas. Itulah yang menyebabkan mengapa banyak sindiran yang bermunculan. Bila yang dikejar adalah popularitas semata, tentu bukanlah perkara sulit. Tapi apakah popularitas akan diiringi oleh kesukaan oleh publik? Tentu ini akan menjadi sulit, karena aksi mendongkrak popularitas melalui baliho tidak dibarengi dengan aksi kepedulian terhadap nasib rakyat di tengah pandemi covid-19.
Dengan begitu, tentulah aksi para elite politik ini yang berusaha mendongkrak popularitas di tengah pandemi Covid-19 sangat tidak elok. Pasalnya, hingga saat ini masyarakat tengah berjuang keras menghadapi pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Sejatinya para pekerja politik atau elite politik ini harus paham bahwa publik tidak begitu lagi bersimpati dengan kampanye melalui papan nama atau baliho, semenjak kehadiran media sosial. Pasalnya saat ini eranya media sosial, yang artinya upaya mendongkrak popularitas melalui baliho sudah tidak lagi memberikan kontribusi signifikan.
Sebab kampanye politik luar jaringan seperti baliho, papan nama atau billboard sudah tidak menarik sama sekali dan telah berganti ke ruang media sosial. Justru kalau tujuannya untuk mendongkrak popularitas, akan lebih signifikan memperkuat konten melalui peran influencer dan buzzer di media sosial.
Harus diakui bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah susunan sosial masyarakat termasuk cara berkomunikasi, hingga penggunaan medium sosialisasi. Dengan demikian, di era media sosial, jelas pemasangan baliho justru menjadi bumerang bagi para elite politik. Bukannya membuat masyarakat lebih bersimpati, tapi justru sebaliknya membuat masyarakat semakin jenggah dengan pola-pola lama dalam mendongkrak popularitas.
Dengan begitu, langkah para elite politik yang berusaha mendongkrak popularitas di tengah pandemi Covid-19 melalui baliho, sebagai bukti bahwa para elite politik tersebut sangat minim empati kepada rakyat. Padahal, elite politik sejatinya harus selalu berempati terhadap persoalan riil rakyat secara kekinian. Artinya, ketika terjadi pandemi Covid-19 sejatinya para elite politik harus lebih giat memberikan bantuan kepada rakyat, bukan justru sebaliknya dengan sibuk mencari popularitas semata.
Fenomena menjamurnya baliho para elite politik, seolah-olah ada semacam ketidakpercayaan diri dari para elite politik terhadap elektabilitas yang dimiliki. Artinya ada semacam ketakutan karena tidak dikenal dan tidak dipilih oleh publik, sehingga kemudian terburu-buru harus memamerkan wajahnya melalui berbagai baliho dan papan nama.
Artinya, bila para elite politik ingin berkejaran dengan waktu untuk menghadapi kontestasi pemilihan presiden 2024, maka buatlah kegiatan maupun konten kreatif yang berbau kepekaan sosial dan empati pada rakyat. Kemaslah media sosial dengan berbagai aksi kepedulian yang tentunya dapat meningkatkan interaksi publik dengan para politikus. Dengan catatan komunikasi digital juga harus lebih merakyat dan tetap tanggap terhadap berbagai perubahaan yang ada di tengah publik
Singkat kata, pandemi Covid-19 bukan berarti harus memutus komunikasi dua arah dengan publik. Tapi justru pandemi Covid-19 harus dapat mendorong para elite politik untuk lebih aktif dan peduli dengan persoalan riil rakyat, terutama berkontribusi dalam upaya penanganan pandemi Covid-19.
====
Penulis Peneliti Institute for Digital Democracy (IDD) Yogyakarta.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]