Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
HARI Rabu ini, tanggal 22 Desember 2021, merupakan peringatan yang sangat khusus bagi para ibu. Sama dengan tahun yang lalu juga, hari ini adalah Peringatan Hari Ibu. Momentum ini merupakan salah satu tonggak yang patut diapresiasi lebih dari sekadar; apalagi cuma seremonial. Lebih dari itu lagi, bahwa pengapresiasaian terhadap cinta kasih ibu tidaklah mengenal batas waktu. Tidak hanya pada saat ini saja. Tidak hanya pada satu saja. Tidak mengenal batas waktu yang limitatif.
Sejatinya, mengapresiasi cinta kasih ibu harus sepanjang hayat dan sepanjang waktu. Hal itu dikarenakan kasih ibu yang tiada bertepi dan berujung. Itulah kasih para ibu. Dengan begitu pula, cara membalasnya adalah dengan perlakuan yang tidak terputus dan terjeda oleh apapun. Hal itulah yang merupakan sebagian kecil dari bakti para anak kepada para ibunya.
Kasih Sepanjang Jalan
Dalam memberikan cinta kasih, para ibu tidak mengenal batas waktu. Tidak mengenal lelah. Tidak mengenal jam istirahat. Sehari 24 jam, seminggu 7 hari, dan sebulan penuh. Itulah yang dilakukan atas nama cinta kasih para ibu. Semuanya dilakukan para ibu untuk buah hatinya. Para anaknya agar bisa hidup lebih baik darinya. Agar bisa mendapatkan kesenangan yang lebih darinya. Semuanya dilakukan oleh para ibu agar anak-anaknya lebih mendapatkan dari apa yang pernah diterimanya dari para orang tua mereka dahulu.
Kasih ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya selalu mempunyai bahasa cintanya tersendiri. Bahasa yang penuh dengan kelembutan. Apapun yang diinginkan para anaknya, para ibu (dan orang tua) berupaya semaksimal mungkin agar terwujud keinginan para anaknya. Hal itulah yang menjadi fitrah para kaum ibu. Fitrah yang sangat manusiawi yang melekat di dalam sanubari para ibu.
Tidak berbatas kasih dan sayangnya. Semua kemampuan dan jiwa raganya diserahkan untuk anak-anaknya. Tiada mengenal pengharapan untuk mendapatkan jasa baliknya. Semuanya dilakukan dengan keikhlasan yang penuh. Sungguh ikhlas apa yang dilakukan oleh para ibu. Penderitaan dan kesengsaraan yang dideritanya tidak dihiraukan. Yang terpenting adalah bagaimana anak-anaknya mencapai apa yang diinginkan.
Sungguh tidak dapat dihitung dan diukur lagi seberapa besar kasih dan cintanya kepada anak-anaknya. Hal itulah yang telah dilakukan oleh ibu-ibu kita. Kita semuanya, telah membuktikan betapa besar cinta kasihnya kepada kita; kepada anaknya.
Dengan cucuran kisah sayang yang tiada terbatas itu, tampak nyata bahwa kasih ibu yang terlihat sepanjang jalan. Kasih ibu sepanjang jalan, dan kasih anak sepanjang galah. Begitu yang sering didengar dalam peribahasa. Yang pada intinya menyatakan bahwa kasih ibu tidak ada batasnya, sedangkan kasih anak sungguh sangat terbatas.
Tidak Terbalaskan Budi Para Ibu
Atas jerih payah yang dilakukan para ibu, tentunya para anak akan berupaya untuk melunaskan segala jerih payah yang dilakukan. Setidaknya dengan bahasa singkat, anak yang baik akan membayar lunas hutang budinya kepada para orang tuanya. Tetapi sungguhpun upaya maksimal untuk membayar hutang tersebut. Ternyata tidak akan bisa dibayarkan. Tak akan ada yang bisa membayarkan balas budi dan jasa para orang tua.
Sebagai anak yang berbakti, tentunya mempunyai itikad yang baik untuk berbuat baik dan membalas setiap kebaikan. Sayangnya, dengan segala upaya apapun ternyata “hutang” budi dari para orangtua itu tidak bisa terbayarkan. Tidak bisa dilunaskan. Tidak bisa dihargai dengan penggantian sesuatu dalam bentuk apapun. Kebaikan apapun yang akan dilakukan untuk membayar “hutang” kepada orang tua tidak akan bisa dilakukan. Sebab, apa yang telah dilakukan oleh para orang tua tersebut merupakan suatu perbuatan dengan nilai yang tidak bisa diubah-bentuk dalam material apapun itu.
Material dan harta benda lainnya yang mungkin bisa membayar hutang, tetapi tidak bisa dinilaikan yang sama untuk membayar hutang kepada para ibu. Jelasnya, tidak bisa terbayarkan apapun yang telah dilakukan oleh para ibu kepada kita. Untuk itu, setidaknya anak harus bisa melakukan sesuatu yang terbaik. Sesuatu yang bisa menyenangkan hati para orang tua (ibu). Sesuatu yang tidak menyusahkan hati para ibu. Bahkan ada yang menyatakan; kalau tidak bisa memberi kebahagiaan, setidaknya tidak menyusahkannya.
Penutup
Dalam rangka mengapresiasi kasih ibu, yang terpenting dilakukan adalah dengan cara melakukan bakti yang tidak kunjung usai. Berbakti kepada ibu (orangtua) sepanjang masa pula; sepanjang usia kita. Teruslah berbakti kepada ibu (dan bapak) selama kita masih hidup.
Bagi kita yang masih bersama dengan orang tua, tentu bisa melakukan berbagai kebaikan yang bisa menyenangkan hatinya. Sedangkan bagi mereka yang sudah mendahului kita, maka ada juga cara berbakti yang dilakukan dengan cara yang lain lagi.
Terima kasih ibu!
====
Penulis Kepala Subbagian Sosial, Bidang Pelayanan Dasar pada Biro Kesejahteraan Masyarakat, Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Mahasiswa S-3 Perencanaan Wilayah, Universitas Sumatera Utara ([email protected]).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]