Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
PASAR begitu akrab dengan kehidupan masyarakat, baik di kota maupun di desa. Berdasarkan data jumlah total pasar tradisional yang mencapai 16.175 unit di seluruh Indonesia dimuat melalui (Bisnis.com, 8 Desember 2021). Pasar tradisional yang saat ini identik dengan tempat yang kumuh, semrawut, becek, bau, sumpek dan macet, banyak dengan pencopet serta didominasi oleh perempuan.
Bagi masyarakat yang kelas sosialnya menengah ke atas tentu ini sangat menggangu, karena gengsi dan kelas sosial yang mereka punya. Kondisi pasar tradisional yang semakin buruk, membuat banyak masyarakat memilih berbelanja di pasar modern, seperti mal, minimarket, supermarket, hipermarket.
Pertumbuhan pasar modern saat ini memang sangat pesat. Bukan hanya di kota, tapi sudah menjarah pada pelosok desa. Keberadaan pasar modern sangat antusias diterima oleh masyarakat desa. Bahkan keberadaan pasar modern di desa menjadi salah satu bentuk dari kemajuan suatu desa bagi masyarakat sekitar.
Lantas setelah banyaknya masyarakat yang mengandruni pasar modern, bagaimana dengan nasib pasar tradisional? Bukankah pasar tradisional menawarkan harga yang jauh lebih murah? Dan bagaimana pula nasib jutaan rakyat yang mengantungkan hidupnya di sana?
Kehadiran pasar modern tentu membawa dampak positif dan negatif. Menurut pandangan penulis keberadaan pasar modern memang banyak kelebihan, seperti ada yang buka 24 jam, artinya selalu ada setiap dibutuhkan. Tidak seperti pasar tradisional yang hanya ada pada waktu-waktu tertentu atau istilah lain pada saat hari pekan.
Menurut analisa penulis, pemerintah harus melakukan pembenahan atau renovasi untuk menghidupkan kembali pasar tradisional. Artinya jika pergeseran menjadi pasar modern tentu akan banyak membutuhkan modal yang banyak. Pembayaran sewa kios yang sangat mahal. Pasar modern hanya dapat diakses oleh masyarakat menengah ke atas.
Problem Pasar Tradisional
Pergeseran pasar akan menimbulkan banyak perubahan tentunya. Bagaimana jika pasar tradisional benar-benar akan kehilangan pembeli?
Jjika pasar tradisional tergantikan atau mati, maka akan banyak sekali pergeseran. Pasar tradisional sebenarnya menawarkan banyak kelebihan, selain harga murah, berbagai kebutuhan di pasar tradisional masih dapat ditawar.
Pesatnya pembangunan pasar modern dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional. Di satu sisi, pasar modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap di sisi lain, pasar tradisional masih berkutat dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidaknyamanan berbelanja.
BACA JUGA: Realita dan Pemberdayaan Pemuda
Pasar modern dan tradisional bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel. Hampir semua produk yang dijual di pasar tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar modern. Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih menghadapi masalah internal, seperti lemahnya manajemen, minimnya sarana dan prasarana. Pasar modern (Indomaret atau Alfamart) merupakan pesaing dan akan mengancam keberadaan pedagang di pasar tradisional.
Beberapa penyebabnya antara lain perubahan gaya hidup masyarakat, harga dan kondisi pasar tradisional. Sebagaimana hasil kajian oleh INDEF bekerja sama dengan Departemen Perdagangan RI (2007) tentang Dampak Ekonomi Keberadaan Hypermarket terhadap Ritel/Pasar Tradisional bahwa pengembangan pasar tradisional harus fokus pada pencapaian atribut-atribut layanan yang dianggap penting bagi konsumen, yakni: keamanan, kenyamanan, kebersihan, kedekatan lokasi dengan pemukinan, dan terjaganya kualitas barang yang diperdagangkan.
Pada tahun 2006 Indomaret telah memiliki 1.857 gerai di seluruh Indonesia, dan meningkat menjadi 2.425 gerai pada tahun 2007. Sedangkan jumlah gerai yang dimiliki Alfamart masih lebih sedikit yaitu 1.918 gerai pada tahun 2007 (www.Indomaret.co.id).
Melihat perkembangan pasar modern saat tentunya akan memberikan dampak pada pedagang di pasar tradisional, maka perlu dipikirkan suatu model pengembangan perdagangan di pasar tradisional karena keberlangsungan pasar tradisional menyangkut hajat hidup masyarakat. Pengembangan sektor perekonomian rakyat ini perlu menjadi perhatian pemerintah sesuai dengan sasaran utama pembangunan.
Kondisi sebaliknya terjadi pada supermarket dan hypermarket, kontribusi mereka kian hari kian besar. Lebih lanjut hasil penelitian Suryadarma etal (2007) memperoleh temuan bahwa pasar tradisional yang berada dekat dengan supermarket terkena dampak yang lebih buruk dibanding yang berada jauh dari supermarket. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pasar tradisional cenderung mengalami penurunan walaupun tidak sepenuhnya karena keberadaan pasar modern, kondisi sebaliknya kinerja pasar modern meningkat.
Keunggulan pasar modern antara lain melakukan beberapa strategi harga dan nonharga, untuk menarik pembeli, mereka melakukan berbagai strategi harga seperti strategi limit harga, strategi pemangsaan lewat pemangkasan harga, dan diskriminasi harga antar waktu, misalnya memberikan diskon harga pada akhir minggu dan pada waktu tertentu. Sedangkan strategi nonharga antara lain dalam bentuk iklan, membuka gerai lebih lama, khususnya pada akhir minggu, dan parkir gratis.
Keberpihakan pemerintah kepada pedagang pasar tradisional dapat diwujudkan dengan memberi kesempatan kepada pedagang pasar tradisiona, dan mengantisipasi perubahan lingkungan yang akan mengancam eksistensi mereka. Maka dari itu peran pemerintahlah untuk secara aktif memberdayakan pedagang tradisional.
Pemberdayaan pedagang kecil di pasar tradisional dapat dilakukan, antara lain dengan membantu memperbaiki akses kepada informasi, permodalan, dan hubungan dengan produsen atau supplier (pemasok). Pedagang pasar tradisional perlu mendapatkan informasi tentang masa depan, ancaman dan peluang usahanya, serta perlunya perubahan sikap dan pengelolaan usahanya sesuai dengan perubahan tuntutan konsumen. Dalam kaitannya dengan produsen pemasok, pedagang pasar tradisional perlu dibantu dalam mengefisienkan rantai pemasaran untuk mendapatkan barang dagangannya.
Pemerintah dapat berperan sebagai mediator untuk menghubungkan pedagang pasar tradisioanal secara kolektif kepada industri untuk mendapatkan akses barang dagangan yang lebih murah. Selanjutnya dalam hal permodalan, lembaga keuangan mikro seperti koperasi memiliki potensi yang besar dalam penyaluran kredit. Sebab umumnya kendala akses permodalan bagi pedagang kecil di pasar tradisional.
Dampak Keberadaan Pasar Modern adalah karena tidak memiliki aset yang bisa dijaminkan, serta penghasilan yang tidak menentu. Umumnya sumber modal yang berkembang bagi pedagang di pasar tradisional adalah berasal dari rentenir atau bank harian yang bunganya relatif tinggi.
Selain itu, koperasi juga dapat dijadikan sebagai wadah untuk pemberdayaan pedagang di pasar tradisional, karena di samping menjadi solusi permodalan bagi pedagang di pasar tradisional, koperasi juga bisa berperan menjadi pemasok besar bagi pedagang di pasar tradisional sehingga mampu memotong rantai distribusi di pasar tradisional yang relatif panjang.
Khusus untuk harga, memang menjadi keunggulan dari pasar modern, karena mampu menjual dengan harga yang bersaing bahkan lebih rendah dari pasar tradisional untuk produk yang sama, disebabkan kemampuan pasar modern untuk mengambil produk dalam jumlah yang besar dari pemasok, sehingga memperoleh harga beli lebih rendah. Sedangkan pedagang pasar tradisional harus mengambil barang dengan rantai distribusi yang panjang, sehingga jatuhnya harga ke konsumen menjadi lebih mahal dengan keuntungan yang relatif lebih kecil.
Minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang disebabkan jaminan (collateral) yang tidak mencukupi merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh pedagang di pasar tradisional. Jika para pedagang pasar tradisional ini diwadahi dalam suatu lembaga koperasi yang berperan sebagai lembaga penguatan modal maupun pemasok, maka dari sisi harga, pedagang pasar tradisional masih mampu bersaing dan bertahan dari desakan pasar modern.
Jika pasar tradisional tidak ada, maka banyak perempuan yang mayoritasanya pedagang akan kehilangan mata pencahariannya, serta budaya intraksi melalui tawar menawar akan digantikan dengan gaya hidup induvidualistik.
Hasil pertaniaan yang tidak memenuhi standar pasar modern tidak akan laku dan akan terbuang. Sedangkan kebanyakan petani akan sangat sulit memenuhi standar itu karena kekurangan modal atau akses terhadap pupuk sulit
Perebutan ruang antara pasar tradisional dan pasar modern menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Pemerintah bukan tidak menyadari fungsi pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi kerakyataan dan dimana puluhan juta orang, termasuk perempuan menggantungkan hidupnya di sana. Namun sebagai pemegang otoritas pemerintah kerap kali tidak menunjukkan keberpihakannya.
====
Penulis Guru Yayasan SMA Swasta Nusantara Tigalingga/ Alumni Sosiologi Universitas Sumatera Utara/Aktif di Kelompok Diskusi dan Aksi Sosial (KDAS) dan Aliansi Mahasiswa Dairi (AMD).
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]