Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
SALAH satu ibadah yang diwajibkan kepada seorang Muslim adalah naik haji ke Baitullah apabila ada kemampuan dan syarat lainnya. Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima dan pokok ibadah yang keempat, yang diperintahkan setelah disyari’atkan ketiga pokok ibadah sebelumnya, yakni salat, puasa Ramadhan, dan menunaikan zakat.
Ibadah haji mengandung nilai-nilai sejarah. Dari sejak mengenakan pakaian ihram yang melambangkan kezuhudan manusia sebagai latihan untuk kembali kepada fitrahnya yang asli, yaitu sehat dan suci-bersih. Dengan pakaian seragam putih, mereka berkumpul melakukan wukuf di Padang ‘Arafah.
Keberadaan Padang Arafah sudah tidak asing lagi bagi umat Islam yang menjalanlan ibadah haji atau umrah. Arafah menjadi salah satu tempat suci di Mekkah selain Baitullah atau Ka'bah yang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan wukuf.
Sejarah padang Arafah pun menjadi menarik untuk diulas karena terdapat kisah yang bersejarah bagi umat Islam. Arafah dikenal dengan “Jabal ar-Rahmah” (Gunung Rahmah) yang berada di sebelah timur Kota Mekkah, dengan ketinggian 70 meter. Dilihat dari kenampakan alamnya, tempat ini merupakan lembah berupa hamparan pasir dan batu yang dikelilingi oleh bukit-bukit berbatu.
Seseorang menuju Arafah, jemaah umrah dan haji harus menaiki bus melewati Bukit Mina dan Muszdalifa. Kawasan padang Arafah dikelilingi oleh sebuah jalan lingkar Arafat Ringroad. Di tengahnya dibagi menjadi blok-blok yang bertujuan untuk membangun tenda-tenda jemaah haji dari setiap negara untuk melaksanakan kegiatan wukuf.
Arafah yang diperkirakan berjarak sejauh 21 kilometer dari dari Kota Mekkah dengan luas sebesar 8 kilometer persegi ini, menyimpan banyak sejarah. Tempat ini menjadi tempat berpisah Adam dan Hawa AS diturunkan dari surga. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." (QS. Thaha: 123).
Kata Arafah kini sudah menjadi nama tempat. Tapi asal usul penamaan itu lebih dari sekadar cerita. Ada yang mengatakan bahwa ketika Adam dan Hawa AS diturunkan dari surga, keduanya berpisah. Hal ini digambarkan dalam Alquran: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian dari kamu adalah musuh sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thaha: 123).
Syekh Mutawalli Asy-Sya'rawi dalam Al-Hajjul Mabrur mengatakan, Adam dan Hawa diturunkan ke tempat yang terpisah. Masing-masing menemukan pasangan hidupnya hingga bertemu kembali di sebuah tempat bernama Arafah atau Arafa. Kisah Adam dan Hawa dan pertemuan mereka di Arafah perlu penjelasan. “Kami membayangkan situasi Adam dan Hawa yang sekali lagi hidup penuh kasih di surga. Semua kebutuhan mereka tersedia secara memadai yang diperoleh langsung dari Allah SWT. Tapi sekarang di dunia mereka harus menerima kehidupan yang terpisah. Masing-masing mencari kebutuhannya sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya”.
Sejarah terkait itu menambahkan mereka melihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Tapi tidak ada yang ditemukan. Jika mereka bertemu dengan manusia lain, tentu mereka akan sangat senang. Apalagi jika ia bertemu dengan pasangan hidupnya sendiri yang selalu hidup bersama dengan bahagia di surga.
Keduanya, Adam dan Hawa merantau ke sana kemari mencari pasangan hidupnya yang penuh kerinduan, mengenang masa lalu yang indah. Akhirnya, keduanya bertemu di Padang Arafah, dan sejak itu keduanya tidak pernah berpisah lagi, kecuali kematian.
Sejarah lainnya mencatat bahwa para malaikat mengingatkan Adam dan Hawa, setelah keduanya diturunkan ke bumi, yaitu di Arafah. Ini dimaksudkan agar mereka mengakui dosa-dosa mereka dan meminta pengampunan kepada Tuhan. Adam dan Hawa mematuhi nasihat para malaikat, sebagaimana diwahyukan dalam Al-Qur'an tentang doa-doa mereka, pengakuan dosa dan permohonan pengampunan: Tuhan kita berkata, "Kami telah berdosa, dan tidak meninggalkan kami, dan kasihanilah kami".
Mereka berdua berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan mengasihani kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". Kemudian dikatakan bahwa Adam dan Hawa mengetahui (Arafa) dosanya. Mereka juga tahu (Arafa) bagaimana bertaubat.
Mari kita lihat juga kisah Ibrahim, bagaimana Allah memberitahunya (arrafahu) tempat Arafah. Suatu malam saat tidur, Ibrahim melihat dalam mimpinya bahwa dia sedang menyembelih putranya, Ismail. Memang ini adalah masalah yang sangat besar, yang sulit dibayangkan dampaknya terhadap jiwa seorang ayah kepada anaknya. Apalagi Ismail adalah anaknya yang hanya boneka. Sungguh suatu hal yang sangat sulit dan berat ketika harus menyembelih anak tunggal dengan tangannya sendiri. Itulah sebabnya setelah bermimpi, Ibrahim duduk dan merenungkan pikirannya dengan seksama.
Oleh karena itu, Hari Arafah disebut juga dengan hari tarwiyah (refleksi). Setelah yakin bahwa mimpinya benar dan dia harus menyembelih putranya, dia menamai tempat itu untuk mengetahui hakikat mimpinya dengan Arafah. Ada juga cerita yang mengatakan bahwa Ibrahim AS diberitahu oleh Jibril bagaimana melakukan manasik haji di tempat ini. Jibril bertanya, "Hal Arafta (tahukah kamu)?"Ibrahim menjawab, "Araftu (aku tahu itu)." Dengan demikian, dapat diartikan bahwa di tempat itu manusia mengenal Rabb-nya, dan manusia datang ke tempat itu untuk mengakui dosa-dosanya dan dengan rendah hati memohon ampunan dari Rabb-nya.
Singkat kata, apapun asal usul penamaan tempat Arafah dan kegiatan ibadah pada hari itu dengan Hari Arafah atau Hari Tarwiyah, namun tidak dipungkiri hari itu adalah hari yang mulia, yang dibanggakan Allah SWT. dari hamba-hamba-Nya. Hal ini dijelaskan oleh Tuhan dalam firman-Nya: “Lihatlah hamba-hamba-Ku. Mereka telah meninggalkan semua yang mereka miliki dan datang kepada-Ku dalam keadaan kusut dan berdebu, memohon pengampunan dan belas kasihan-Ku. Saya bersaksi kepada Anda bahwa saya telah mengampuni mereka…”
Di Arafah kita melihat adanya pemerataan dan keutuhan keberadaan para peziarah yang datang ke Rumah Suci. Tidak ada yang tersisa. Pada saat yang sama, mereka mengakhiri wukuf bersamaan dengan terbenamnya matahari pada Hari Arafah. Tempat ini adalah satu-satunya tempat di mana orang-orang berkumpul dalam situasi dan waktu seperti itu.
Wukuf di Padang ‘Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah itu merupakan puncak ritual ibadah haji di tanah suci dan menjadi salah satu rukun haji, yang menurut Rasulullah saw. bahwa “Haji itu adalah Wukuf di Padang Arafah”, tanpa dengannya, haji tidak sah, sebagaimana sabdanya dalam hadis seperti tersebut di atas. Kata wukuf berasal dari kata Arab “wuquf” dengan akar kata waqafa berarti berhenti, yang dengan pesan moralnya mengajarkan manusia untuk sejenak meninggalkan aktivitas dunianya selama beberapa jam, yakni berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri; sedang kata ‘arafah berarti naik-mengenali.
Dari makna bahasa ini dapat diperoleh suatu hikmah, bahwa Wukuf di Padang ‘Arafah, pada hakekatnya, adalah suatu usaha di mana secara fisik, tubuh jemaah haji berhenti di Padang ‘Arafah, lalu jiwa-spiritual mereka naik menemui Allah swt. Itulah hakekat wukuf di Padang ‘Arafah. Wukuf di Padang ‘Arafah ini memberikan rasa keharuan dan menyadarkan mereka akan yaumul mahsyar, yang ketika itu, manusia diminta untuk mempertanggung jawabkan atas segala yang telah dikerjakannya selama di dunia. Di Padang ‘Arafah itu, manusia insaf dengan sesungguhnya akan betapa kecilnya dia dan betapa agungnya Allah, serta dirasakannya bahwa semua manusia sama dan sederajat di sisi Allah, sama-sama berpakaian putih-putih, memuji, berdoa, sambil mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam.
Hari Arafah adalah hari paling agung di mana Allah mengampuni dosa-dosa Kaum Mukminin di segala penjuru dunia mana kala mereka membentangkan diri untuk mendapatkan anugerah Allah yang dicurahkan pada hari tersebut dengan do'a yang sungguh-sungguh. Rasulullah SAW bersabda: "Jika tiba hari Arafah, tidaklah seseorang masih mempunyai setitik iman dalam hatinya melainkan ia akan diampuni. Lantas ada yang bertanya: Ya Rasulallah, apakah terkhusus bagi yang wukuf di Arafah saja atau untuk semua manusia? Rasulullah menjawab: Untuk semua manusia". (HR. Abu Daud). Pada hari ini (Arafah) adalah hari pembebasan dari Api Neraka dan Allah SWT sangat bermurah hati dan penuh dengan kasih sayang. Diriwayatkan dari Jabir r.a, beliau berkata : "Tidak ada hari yang lebih utama di hadapan Allah melebihi Hari Arafah. (Urusan) Allah turun ke langit dunia, Allah pun membanggakan penduduk bumi kepada penduduk langit seraya berfirman: "Lihatlah kepada hamba-hambaku yang datang kepadaku dengan tubuh lusuh penuh debu menggaduh. Mereka datang dari segala penjuru yang jauh dengan mengharapkan rahmatKu sedangkan mereka tidaklah melihat siksaanku". Maka tidaklah ada hari di mana pembebasan dari Neraka itu melebihi di Hari Arafah". (HR. Baihaqi)
Berdasarkan pembahasan di atas, sungguh mulia Padang Arafah juga kegiatan yang berkaitan dengan tempat tersebut yakni Wukuf di Padang Arafah. Meskipun kita tidak sedang berhaji namun momentum tanggal 9 Zulhijjah waktu yang baik untuk beribadah dan melakukan amal positif. Lantas kita bagaimana?
Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
====
Penulis Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga dan Guru Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga serta Ketua Ansor Pijay.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]