Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Peristiwa wabah pandemi Covid-19 hari ini sudah memasuki ulang tahunnya yang kedua. Masyarakat yang memasuki abad ke-21 ini ditandai dengan sosok lingkungan new-normal pertama, yakni munculnya era ketika masyarakat sudah sepenuhnya mengganti sumber listrik dengan energi matahari, transportasi menggunakan pesawat drawn(drone) yang hilir-mudik di langit. Secara relatif hanya orang-orang kaya yang punya hak untuk hidup. Bentuk masyarakat yang dalam proyek ini dilihat sebagai kontras sosial. Ketika sedikit orang memiliki banyak rumah untuk disewakan; dan semakin banyak orang yang harus mengontrak atau mengekos, karena tidak mungkin bisa memiliki rumah yang harganya kian menjauh untuk dijangkau.
Di belahan lain dalam gaya berbeda, rakyat miskin kota muncul sebagai masyarakat koperasi yang patungan membeli mal-mal maupun pabrik yang dijual murah, karena bangkrut oleh Corona. Mal dan pabrik ini dialih-fungsi menjadi pemukiman baru. Elemen sosial utama dari masyarakat baru hanyalah "pendidikan", "kesehatan" dan "pangan".
Ciri yang sangat menonjol dalam era pandemi covid ini adalah pendidikan berbasis online yang mengutamakan pendidikan bercerita . Corak pendidikan bercerita ini adalah kemerduan kata-kata, bukan kekuatan pengubahnya. Murid mencatat, menghafal dan mengulangi ungkapan tersebut tanpa memahami apa arti sesungguhnya dari cerita tersebut.
Oleh karena tatap muka dan situasi dialogis tak banyak diberi kesempatan. Pendidikan bercerita dengan guru sebagai pencerita - mengarahkan murid-murid untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Lebih jauh lagi , murid diubahnya menjadi "bejana-bejana", kosong untuk diisi oleh guru. Semakin penuh dia mengisi wadah itu, semakin baik pula seorang guru. Semakin patuh wadah itu untuk diisi semakin baik pula mereka sebagai murid.
BACA JUGA: Pemilihan Pemimpin
Pendidikan karenanya menjadi sebuah kegiatan menabung, ketika para murid adalah celengan dan guru adalah penabungnya.Yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan dan "mengisi tabungan" yang diterima, dihafal dan diulangi dengan patuh oleh para murid.
Memang benar mereka mempunyai kesempatan untuk menjadi pengumpul dan pencatat barang simpanan. Namun, pada akhirnya manusia sendirilah yang disimpan karena miskinnya daya cipta, daya ubah dan pengetahuan. Padahal tanpa usaha mencari, tanpa praksis, manusia tidak akan menjadi benar-benar manusiawi. Pengetahuan hanya lahir melalui usaha penemuan dan penemuan ulang, melalui pencarian manusia yang gelisah, tidak sabar, terus-menerus dengan dunia dan bersama orang lain.
Dalam konsep pendidikan gaya bank, pengetahuan adalah sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang menganggap diri berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak memiliki pengetahuan apapun.
Pendidikan yang membebaskan, sebaliknya terletak pada usaha ke arah rekonsiliasi. Pendidikan ini harus dimulai dengan pemecahan masalah kontradiksi guru-murid tersebut,dengan merujukkan kutub-kutub dalam kontradiksi itu, sehingga kedua-duanya bersamaan adalah guru dan murid.
Kesimpulan
Dalam konteks pendidikan humaniora adalah pilihan yang bijaksana yang menghargai fitrah manusia. Ketika orang menyadari makin meluasnya ‘pendidikan satu arah’ akibat wabah pandemi corona ini memunculkan pertanyaan apakah humanisasi masih merupakan sebuah kemungkinan yang dapat dipertahankan. Perjuangan untuk humanisasi untuk emansipasi mengatasi keterasingan perlu dilakukan dengan memberdayakan kembali pendidikan yang imajinatif dan aplikatif yang berpusat kepada murid sebagai subjek.
Metode dialogis sangat ditekankan untuk kembali melaksanakan pendidikan tatap muka di kelas. Selamat tinggal sekolah rumah dan selamat datang rumah sekolah!
====
Penulis Dosen UMN Al Washliyah.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]