Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
KECAKAPAN literasi menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki oleh siswa saat ini sebagai upaya menghadapi tantangan global yang kian kompetitif di abad-21. Dengan kecakapan tersebut diharapkan siswa mampu mengelola informasi sesuai dengan kebutuhannya, memiliki kemampuan berpikir kritis, menjadi pribadi yang matang, tidak mudah terprovokasi, solutif, serta mampu melakukan riset yang andal.
Akan tetapi, di tengah tuntutan itu ada pil pahit yang harus dihadapi bersama. Berdasarkan hasil survei PISA (Programme for International Student Assesment) tahun 2018 untuk kemampuan membaca, sains, dan numerasi Indonesia berada pada urutan ke-74 dari 79 negara yang ikut serta. Itu artinya indeksi literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Sejatinya sebuah peradaban dan kemajuan bangsa sangat bergantung pada literasi generasinya. Menyoal hal itu tentu harus ada upaya serius untuk mengatasi persoalan ini.
Ada pun salah satu sarana untuk mengembangkan literasi kepada siswa melalui perpustakaan sekolah. Sebagai sebuah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku perpustakaan berfungsi memberikan layanan kepada pemustaka memperluas pengetahuan, meningkatkan kegemaran membaca, sebagai wahana pendidikan, penelitian, informasi, dan rekreasi.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah tentang Perpustakaan No 43 Tahun 2007 Pasal 23 disebutkan bahwa setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan. Itu artinya keberadaan perpustakaan sekolah menjadi penting karena bagian dari integral kegiatan pembelajaran yang berperan sebagai pusat belajar yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan.
BACA JUGA: Pembelajaran Tatap Muka di Tengah Pandemi
Akan tetapi, pada kenyataannya masih ditemukan sekolah yang belum memiliki perpustakaan terlebih khususnya di sekolah dasar. Berdasarkan Badan Pusat Statistik tahun 2020 diketahui dari 100 SD hanya 73 yang sudah sudah mempunyai perpustakaan sekolah. Data lain juga menyebutkan perpustakaan di sekolah swasta memiliki presentasi lebih rendah dibandingkan negeri. Keadaan ini tentu sangat memprihatinkan mengingat perpustakaan adalah jantung sekolah.
Bila ditilik, potret perpustakaan sekolah di Indonesia hingga kini diwarnai beragam persoalan menyangkut manajemen perpustakaan. Hambatan itu berasal dari struktural dan teknis. Faktanya perpustakaan sekolah belum mendapatkan perhatian serius dari manajemen sekolah. Perpustakaan sekolah cenderung dianggap pelengkap untuk kegiatan belajar siswa bukan jantung sekolah yang mampu menggerakan kegiatan belajar (Rokan, 2017).
Hal ini berpengaruh terhadap minimnya anggaran dana operasional perpustakaan sekolah. Padahal jika merujuk pada UU No 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dijelaskan bahwa sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan.
Hambatan teknis lain dalam manajeman perpustakaan sekolah yakni ketersediaan koleksi buku dan sumber belajar lainnya. Perpustakaan sekolah hanya fokus pada penyediaan buku teks pelajaran dan tidak memperhatikan buku lain yang relevan sesuai dengan minat siswa. Untuk penataan meja, kursi, dan buku dalam perpustakaan kenyataannya kurang diperhatikan, sehingga tidak menimbulkan rasa nyaman untuk berada lama di sana.
Selain itu pula terbatasnya sumber daya manusia yang bisa mengelola perpustakaan. Selama ini tidak sedikit perpustakaan sekolah dikelola oleh mereka yang tidak memiliki kualifikasi akademik perpustakaan.
Menilik berbagai persoalan tersebut ada beberapa upaya yang bisa ditempuh. Pertama, perpustakaan sekolah perlu menjalin kerjasama dengan perpustakaan daerah atau taman bacaan di lingkungan sekitar dalam hal penambahan koleksi buku. Kedua, guru atau tenaga administrasi sekolah yang ditugaskan sebagai pengelola perpustkaan sekolah perlu mendapatkan pelatihan tentang manajemen perpustkaan khususnya menghadapi situasi pandemic seperti sekarang.
Ketiga, untuk menarik pengujung perpustakaan sekolah dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan misalnya dengan mengadakan lomba duta perpustakaan sekolah. Keempat, perpustakaan sekolah harus melakukan inovasi ke arah digital sehingga memudahkan akses layanan kepada siswa. Sudah sepatutnya optimalisasi perpustakaan dilakukan, sehingga peningkatan literasi di Indonesia bukan sebuah angan tapi kenyataan.
=====
Penulis pengajar di Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]