Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
70 TAHUN eksistensi Kalla Group benar-benar membuktikan bahwa setia itu bukan hanya haknya manusia. Ia timbul karena tumbuhnya cinta, dan cinta itulah yang kemudian membuat Kalla Group masih setia membangun berbagai sektor di Kawasan Indonesia Timur, mulai dari otomotif, transportasi, logistik, konstruksi, properti, manufaktur, hingga energi.
Menyoal sektor energi, satu dekade terakhir dunia benar-benar sibuk bersuara keras untuk sesegera mungkin berlabuh pada green energy. Alasannya jelas, bumi ini semakin disesaki emisi gas rumah kaca yang jumlahnya menggila abad ini, yang jika tidak segera dikurangi akan berpotensi menaikan suhu bumi 2 derajat celsius bahkan lebih.
Angka 2 derajat itu sekilas terdengar kecil, tapi dampaknya luar biasa besar. Badan Meteorologi Inggris (Met Office) menyebutkan kenaikan suhu bumi 2 derajat Celsius bisa menyebabkan 1 miliar orang terkena gelombang panas ekstrem yang menyebabkan kekeringan hebat, kekurangan air, kerusakan ekosistem laut, penurunan kualitas kesehatan, kerusakan sistem lahan hingga kelangkaan pangan.
Menjawab tantangan ini, lini-lini usaha Kalla Gruop nyatanya telah merespon dengan mengarahkan usahanya lebih ramah lingkungan, dan yang paling kentara adalah sektor energi dengan menghadirkan hydropower yang memanfaatkan aliran air.
Kalla dan Hydropower
Kita hampir lupa bahwa negeri ini dihadiahi Tuhan dengan sumber green energy yang melimpah. Ada lebih dari 4.000 sungai dengan arus besar dan sedang yang seharusnya bisa benar-benar dimanfaatkan sebagai hydropower. Apalagi energi ini tergolong sangat ramah lingkungan dan akan tetap ada selama manusia berkomitmen menjaga alam dan hutan.
Artinya, semua tergantung manusianya. Jika mau menjaga, alam dan hutan akan menghadiahi manusia dengan air yang cukup, bahkan sanggup menjadi sumber energi listrik.
Itu pulalah yang dilakukan Kalla Group melalui beragam program CSR (Corporate Social Responsibility) berbasis penghijauan. Contohnya program penghijauan di sekitar areal PLTA Poso Energy dengan menanam dan merawat tanaman produktif buah-buahan yang dapat dimanfaatkan masyarakat sekitar.
Dilansir dari laman pu.go.id, potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Indonesia diperkirakan sebesar 76.670 megawatt (MW). Dari potensi sebesar itu, baru sekitar 6 persen saja yang telah dikembangkan, itu pun ada kontribusi besar Kalla Group di dalamnya.
Mengutip dari laman bisnis.com, Kalla Group kini tengah mengelola hydropower yang beroperasi di beberapa wilayah diantaranya PLTA Poso 1, PLTA Poso 2, PLTA Poso 3, PLTA Kerinci, PLTA Malea dan PLTA Mamuju dengan total kapasitas sebesar 1.980 MW.
BACA JUGA: Ada Andil Pajak di Atas Meja Makan
Ini menjadi angin segar ditengah target besar yang dipatok pemerintah terkait bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebanyak 23 persen pada tahun 2025 dan 29 persen pada tahun 2030.
Mengingat kontribusi besar atas upaya membantu target pemerintah mengurangi emisi karbon, Kalla Group sebagai perusahaan raksasa rasa-rasanya patut dijadikan role model pengembangan hydropower di Indonesia. Ambil saja contohnya seperti PLTA Poso.
Mengutip dari laman bumn.go.id, PLTA Poso memiliki keunggulan yang tidak dimiliki PLTA pada umumnya. Pertama, pembangkit listrik ini dapat beroperasi dengan kapasitas penuh pada jam puncak sepanjang tahun karena memiliki live storage cukup besar yang bersumber dari Danau Poso dan dilengkapi dengan regulating dam yang bisa mengatur debit keluaran dari Danau Poso.
Kedua, mampu merespon perubahan beban dengan cepat sehingga memperbaiki kualitas listrik pada sistem jaringan karena mampu start-stop dengan cepat, serta sinkronisasi dapat dilakukan dalam waktu kurang dari 15 menit.
Ketiga, menggunakan sistem pengelolaan Run-Off River (ROR) yang hanya menggunakan bendungan berukuran cukup kecil sebagai gerbang air. Sehingga sistem ini tetap dapat mempertahankan aliran sungai selama 24 jam penuh sehari. Prinsip kerjanya sederhana, air sungai didiversikan sedikit ke sekitar sisi sungai, lalu diterjunkan ke turbin dan dikembalikan lagi pada sistem sungai.
Sebagai pembangkit listrik energi terbarukan terbesar di Kawasan Indonesia Timur berkapasitas 515 MW, PLTA Poso telah membuktikan perannya dengan berkontribusi sekitar 10,69 persen dari total bauran EBT sistem kelistrikan Sulawesi Selatan dan terinterkoneksi dengan saluran transmisi 275 kV ke Sulawesi Selatan.
Namun tantangan dan bukti kesetiaan tak berhenti di situ, ada banyak tempat yang membutuhkan kehadiran Kalla Group, khususnya di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) yang tak mampu dijangkau listrik negara.
Data PT PLN (Persero) mencatat ada sebanyak 4.700 desa di daerah 3T yang belum menikmati listrik dari perusahaan. Sehingga kedepan, Kalla Group perlu mengembangkan CSR yang konsisten membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di daerah 3T. Sehingga sudut-sudut negeri yang tak pernah terjamah listrik bisa menikmati terangnya malam yang biasanya gulita. Menerangi anak-anak di sudut negeri mengais ilmu dari buku-buku yang dibaca di bawah terang nyala lampu.
====
Penulis Kepala Divisi Pendidikan dan Pengkaderan Perkumpulan Garuda Sylva.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]