Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Mata pelajaran (Mapel) sejarah menjadi perbincangan hangat pada saat ini di kalangan pendidik (guru), akademisi sejarah, pegiat sejarah, serta masyarakat secara umum. Perbincangan ini muncul seiring tersebarnya informasi bahwa mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran wajib akan dihapuskan dari kurikulum pendidikan. Pemberitaan ini sesungguhnya menjadi lampu kuning bagi dunia pendidikan sebagai sarana penyemai nilai-nilai.
Mata pelajaran sejarah di bangku sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas menyuguhkan banyak materi, di antaranya sejarah kerajaan indonesia, sejarah kebudayaan indonesia, penyebaran agama di Indonesia, kolonialisasi dan imperialisasi bangsa Eropa, Penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia, G30S/PKI, dan berbagai materi sejarah lainnya. Namun di saat kita diperdengarkan tentang mata pelajaran sejarah, ada hal dominan yang ditangkap oleh pikirian kita, yakni sejarah menceritakan bagaimana Belanda dan Jepang menjajah Indonesia dengan sewenang wenang, bagaimana PKI dilabelkan sebagai subjek G30S, bagaimana USA dan Unisoviet sebagai penguasa sesudah Perang Dunia II, artinya menjadi hal yang bernilai negatif disaat mata pelajaran sejarah dijadikan sebagai wadah untuk mengenalkan hal hal yang bernilai menjajah, memusnahkan, dan menguasai.
Suasana demikian di bangku sekolah tentunya perlu dikoreksi. Pendidik dalam hal ini guru menjadi garda terdepan untuk melakukan koreksi terhadap penyajian materi sejarah tersebut agar menjadi efektif. Mata pelajaran sejarah harus dijadikan sebagai pengungkit jati diri anak bangsa. Sejarah harus secara intensif menyuguhkan bahwa Bangsa Indonesia memiliki lorong waktu peradaban bangsa yang cukup baik di belahan dunia ini, diantaranya neneng moyang indonesia menjadi petarung dalam hal kemaritiman yang digambarkan pada kejayaan Kerajaan Sriwijaya, Samudra Pasai, dan kerajaan di wilayah timur Indonesia dalam kesempatan ini mata pelajaran sejarah berfungsi untuk mempertontonkan bagaimana bangsa ini sebenarnya memiliki kekuatan dalam pengelolaan laut,selanjutnya, Nusantara menjadi sumber komoditi rempah rempah terbaik di dunia sehingga disinggahi bangsa Eropa dalam hal ini mata pelajaran sejarah berfungsi untuk menggerakkan semangat agrikultur, berikutnya, peradaban tertinggi tentunya sudah diciptakan oleh nenek moyang bangsa ini melalui ditemukan nya tulisan dalam penemuan penemuan bukti sejarah kepurbakalaan Indonesia, dan masih terdapat banyak nilai-nilai peradaban yang ditorehkan dalam sejarah bangsa ini.
Tentunya jika nilai-nilai peradaban ini diramu dengan baik oleh para pendidik dan disajikan secara intensif di bangku sekolah bukan tidak mungkin jati diri anak bangsa akan terungkit dan menjadikan anak bangsa akan berdiri gagah, percaya diri, dan bangga menjadi bagian dari bangsa ini.
Sebagai anak bangsa, penulis berharap Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Akademisi Sejarah, Pegiat Sejarah, Pendidik, dan semua pihak agar bahu- membahu dan sadar akan kederadaan mata pelajaran sejarah dalam kurikulum pendidikan nasional.
Semoga mata pelajaran sejarah akan tetap hadir menghiasi Kurikulum Pendidikan di Indonesia.
Agustinov Tampubolon SE
Alumni FEB Universitas Sumatera Utara, Pegiat di Youth Earth Society