Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Mungkin kita akan setuju dengan apa yang dikatakan oleh Najwa Shibab, “hanya pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan, tanpa pendidikan Indonesia mungkin tak bertahan”. Harapan bangsa ada pada institusi pendidikan yang mampu menerangi perjalanan menuju Indonesia yang maju.
Bahkan revolusioner antiapartheid sekaligus mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela menggambarkan pendidikan sebagai senjata paling ampuh yang digunakan untuk mengubah dunia. Ya, memang begitulah kedashyatan dari pendidikan itu. Bagian terpenting untuk peradaban dan kemajuan suatu bangsa, pendidikan yang berkualitas pada akhirnya akan mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa.
Persoalan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama yang harus dibenahi karena setiap negara harus menetapkan langkah dan daya saing. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?. Bayangkan sebelum pandemi saja menurut Survei pendidikan dunia Programme for International Student Assesment (PISA) 04/10/2019, aspek penilaian membaca, matematika, dan sains. Indonesia berada pada peringkat 72 dari 77 negara atau bercokol di peringkat enam terbawah, Menyedihkan bukan?. Kecenderungan zaman telah berubah kearah yang lebih digital. Indonesia perlu berbenah dan menyonsong target pendidikan 4.0 untuk menciptakan manusia-manusia cerdas dan budi pekerti baik.
Apalagi lagi melihat realita saat ini, pendidikan sedang diuji. Pasalnya, pembelajaran online membuat “shock attack” pendidikan di Indonesia. Sudah setengah tahun lamanya konsep belajar di rumah (home-scooling) ataupun pembelajaran online. laksana ombak yang menghantam karang. Mutu pendidikan saat ini sungguh menghakwatirkan. Pandemi ini selain mematikan juga menyusahkan pendidikan. Pasalnya, pendidikan kita belum siap dalam pembelajaran online. Kendala utamanya adalah belum meratanya jaringan akses internet.
Menyediakan “support system” menjadi kunci utama dalam belajar e-learning, untuk meningkatkan produktifitas pembelajaran yang ada di Indonesia, Jangan berharap lebih terhadap pendidikan ketika kita belum memberikan asupan yang membuat bertumbuh. Menunggu semua seperti sediakala alangkah baiknya berbenah, karena sumber daya manusia adalah tonggak utama yang menopang negeri ini layak nya Finlandia dan Australia.
Tidak tersedianya akses jaringan yang memadai untuk belajar daring membawa dampak yang cukup memprihatinkan. Karena sejatinya Infrastruktur jaringanlah yang menjembatani dalam belajar dari rumah. Kondisinya, akses internet hanya terfokus di Pulau jawa dan wilayah perkotaan. Lalu apa kabar dengan pedesaaan melakukan sistem belajar daring khususnya daerah 3T? Sangat miris ketika mendengar mahasiswa yang meninggal akibat jatuh dari menara masjid karena mencari sinyal internet untuk mengikuti proses pembelajaran daring beberapa bulan lalu.
PBB juga telah memperingatkan dunia tentang “malapetaka generasi” pada sektor pendidikan yang diakibatkan oleh pandemi covid-19, (4/8/2020). Maka selayaknya indonesia merespon melakukan pencegahan yang signifikan terhadap kemajuan pendidikan di tengah pandemi. dunia pendidikan harus mendapat perhatian penuh agar tidak terdampak buruk pada generasi selanjutnya
Malapetaka generasi tentunya membawa dampak yang sangat buruk, belum lagi kita akan menghadapi bonus demografi, Badan Pusat Statistika (BPS) memperkirakan, indonesia akan menikmati era bonus demografi pada tahun 2020-2036. Pada masa tersebut, jumlah penduduk usia produktif diproyeksi berada pada grafik tertinggi sepanjang sejarah, mencapai 64 persen dari jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 297 jiwa. Tentunya kita harus menyiapkan langkah menghadapinya jika tidak maka sangat berdampak dan malapetaka generasi.
Sudah selayaknya kita belajar, melihat apa yang dilakukan oleh negara-negara yang maju pendidikanya seperti Finlandia ataupun Australia yang tidak terlalu mengalami “shock attack” karena pendidikan Negara tersebut didukung denga infrastruktur akses internet yang memadai. Bahkan sebelum covid-19 pun di Negara tersebut telah mengaplikasikan proses belajar e-learning. sarana dan prasarana menjadi sangat mendukung berjalanya proses belajar dengan baik.
Nantinya jika keadaan normal pun, kita harus membiasakan diri untuk belajar secara online, karena selain tantangan kedepan adalah mampu bersaing pada negara-negara maju, meningkatkan kompetesi dalam penguasaan teknologi demi terciptanya mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat UUD 1945. Mendukung mereka anak desa yang haus akan pendidikan jangan biarkan mereka ada pada keputusasaan, karena masa depan bangsa ada pada tanganya.
Mari bersama-sama berjalan menuju indahnya pendidikan dan menatap Indonesia yang cerdas Jangan sampai Indonesia emas pada 2045 hanya jadi angan-angan akibat pendidikan yang kurang mampu bersaing, bukan begitu?
====
Penulis Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan sebaiknya tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]