Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Horas! Gong Xi Fa Cai!.......Horas Sumatera Utara!.... Horas Bangsa Indonesia!......Horas tamu kami dari Belanda, dalam hal ini raja dan ratu!
Penggunaan kata horas adalah kekayaan kultural bangsa Indonesia yang bisa dijadikan sebagai instrumen diplomasi yang sangat unik dan penuh makna. Kata horas adalah budaya Batak yang akrab dengan sambutan untuk siapa saja yang penuh dengan nilai persaudaraan dan kesetaraan. Dari sini dapat kita lihat betapa limpahan anugerah Tuhan pada bangsa ini sangat besar dalam hal kearifan lokal dan budaya nusantara.
Saat saudara kita etnis Tionghoa merayakan Imlek Gong Xi Fa Cai 2572, izinkan saya Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan mengucapkan selamat merayakan Imlek bagi saudara kami dengan tetap mematuhi protokoler kesehatan demi memutus mata rantai Covid-19 ini. Kita semua adalah saudara yang punya latar belakang budaya berbeda tetapi dipersatuan oleh Ideologi pancasila dan UUD 1945. Meskipun berbeda, hakikat kita sebagai warga negara sama dan negara juga mengakui kebudayaan nasional secara konstitusi karena itu adalah aset nasional yang sangat berharga.
Kita sangat setuju pendapat Bapak Presiden Jokowi yang punya pemikiran dan melihat pembangunan bangsa cenderung menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme yang tidak sesuai dan kontradiktif dengan nilai, budaya, dan karakter bangsa Indonesia. Untuk itu, Jokowi mencanangkan revolusi mental untuk menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation-building baru sesuai dengan budaya nusantara (Eko Sulistyo, Beritasatu.com, 23/08/2019). Budaya nusantara terbangun dan terbentuk dari ragam suku yang punya keunikan masing-masing. Di keunikan budaya nusantara inilah kekayaan bangsa kita yang tidak ternilai harganya. Semua budaya yang dimiliki oleh semua suku jika dengan baik dan benar dijalankan akan membangun karakter yang sangat bagus sebagai modal dasar dan sekaligus mempercepat proses pembangunan yang sesuai dengan budaya nasional.
Keberagaman budaya yang ada di negara kita merupakan anugerah dari Tuhan yang maha kuasa. Produk budaya yang lahir dari pola berpikir manusia dan tertata dengan rapi, terlembaga dengan baik, menjadi norma dan nilai sangat membantu manusia dalam membangun adabnya. Adab sebuah bangsa adalah modal pembangunan yang harus dikelola dengan baik agar keberlanjutan bangsa tersebut dapat terjamin. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia, mengelola kebuydaan adalah salah satu aspek yang sangat penting dijaga dengan baik karena itu adalah kekayaan nasional.
Manusia tidak akan lepas dari budayanya. Berangkat dari sini, keberhasilan pembangunan terwujud jika konsep pembangunan itu diselaraskan dengan budaya masyarakatnya. Untuk itu pendekatan budaya dalam pembangunan akan mempercepat proses pembangunan menyatu dengan masyarakatnya. Berangkat dari sinilah mungkin sampai –sampai Mantan Presiden Abdurahman Wahid dulu membuat hari libur nasional untuk menyambut tahun baru imlek. Atribut budaya Tionghoa meminjam istilah Juergen Habermars bebas di ruang publik (public sphere) sebagai kearifan budaya negara kita.
Saudara kita saat ini dari etnis Tionghoa sedang merayakan imlek. Imlek yang penuh dengan corak budaya juga merupakan bagian dari budaya nasional. Perayaan imlek dari suku Tionghoa yang mendapat pengakuan resmi dari pemerintah dalam rangka pembangunan bangsa menuju kebhinnekan yang sesungguhnya. Kearifan budaya harus jadi modal sosial pembangunan sebuah bangsa.
Kebhinnekaan yang ada saat ini merupakan realitas sosial yang harus jadi perekat. Budaya yang lahir dari tiap suku adalah anugerah yang sangat besar karena dengan budaya yang berbeda semua masyarakat akan saling mendukung dengan penuh persaudaraan. Kebebasan yang diberikan kepada etnis Tionghoa merupakan angin segar dalam memperkuat kebhinnekaan.
Bahkan saat pemerintah mencabut SBKRI bagi etnis Tionghoa ini merupakan pembauran yang sangat luar biasa bagi masa depan pluralisme di negara ini. Semua warga negara RI menyambut gembira bahwa SBKRI telah dicabut oleh pemerintah, dan Tahun Baru Imlek telah diakui sebagai hari libur nasional. Eksistensi perayaan imlek dan diakui dalam konstitusi tentu merupakan sebuah kekuatan betapa pembangunan bangsa kita saatnya dilakukan berbasis budaya.
Kondisi yang terjadi saat ini bangsa Indonesia diperhadapkan pada krisis identitas. Serbuan produk asing ke negara ini mulai dari produk teknologi, produk film, produk ekonomi dan lain sebagainya membuat kita tidak mampu menjadi manusia yang inovatif dan kreatif. Padahal kearifan lokal kita dan kekayaan budaya yang kita miliki dari berbagai latar belakang suku bisa kita berdayakan sebagai modal untuk jadi manusia inovatif dan kreatif.
Mengacu pada pembentukan kelembagaan atau pendekatan institusional yang ada saat ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dibentuk untuk memaksimalkan nilai ekonomi dari kebudayaan. Jika melihat kembali kebelakang bagaimana kontribusi ekonomi kreatif di setiap tahunnya ada kecenderungan peningkatan secara signifikan. Seperti pada tahun 2018, kontribusi ekonomi kreatif mencapai Rp 1.105 triliun. Nilai ini naik dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp 1.009 triliun, dan tahun 2016 sebesar Rp 922 triliun. Sumbangan PDB ekonomi kreatif terhadap PDB nasional tahun 2017 mencapai 7,57%, mengalami peningkatan dari tahun 2016 sebesar 7,44% dan tahun 2015 sebesar 7,39% (Sumber: Eko Sulistyo, Beritasatu.com, 23/08/2019).
Melihat data kontribusi ekonomi kreatif ini saatnya pembangunan berbasis budaya untuk peningkatan kesejahteraan saatnya perlu kembali dipikirkan melalui revitalisasi dan reaktualisasi dalam konsep pembangunan bangsa. Terlepas daripada itu, hari raya Imlek atau Gong Xi Fa Cai 2572 ini adalah sebuah gambaran betapa bangsa ini punya keberagaman kultur yang sangat kaya. Bagaimana pemerintah bisa mengelola keragaman kultur yang sangat kaya ini harus masuk dalam rancangan pembangunan bangsa Indonesia.
Krisis identintas yang terjadi pada kalangan millenaial tidak boleh terjadi. Sebagai ahli waris kekayaan kultural kita perlu desain kurikulum bagi semua institusi pendidikan yang memuat penguatan dan pelembagaan kearifan lokal bagi generasi muda. Arus globalisasi dengan kemajuan informasi yang sangat pesat dari semua penjuru jika tidak dikelola dengan baik akan jadi tantangan sekaligus ancaman. Untuk itu, penguatan karakter dengan nilai –nilai budaya dan kearifan lokal adalah tanggung jawab semua pihak.
Pada saat saudara kita merayakan Imlek Gong Xi Fat Cai, ini adalah kekayaan kultural yang sangat luar biasa dan mendapat pengakuan dari negara. Silahkan Imlek dirayakan dengan mengikuti protokoler kesehatan karena Covid -19 ini. Saya sebagai Rektor UHN Medan mengucapkan selamat merayakan imlek bagi saudara kami yang merayakannya dalam bingkai NKRI. Sekali lagi, Horas! Gong Xi Fa Cai!
====
Penulis Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG), data diri singkat/profesi/kegiatan (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Gunakan kalimat-kalimat yang singkat (3-5 kalimat setiap paragraf). Judul artikel dibuat menjadi subjek email. Tulisan TIDAK DIKIRIM DALAM BENTUK LAMPIRAN EMAIL, namun langsung dimuat di BADAN EMAIL. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]