Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
BICARA tentang pendidikan Islam seringkali para penulis merujuk pada QS. Al-‘Alaq ayat 1-5, tanpa mengelaborasi lagi ayat-ayat selanjutnya (ayat 6 s/d 19) pada surah tersebut.
Padahal, apabila manusia mentadabburi keseluruhan ayat pada surah Al-‘Alaq tersebut, maka komprehensiflah pemahaman kita terhadap pendidikan Islam. Ada apa dengan ayat-ayat setelah 1-5 dalam QS. Al-‘Alaq?
Artikel ini mencoba untuk mengemukakan gagasan penulis tentang pendidikan Islam. Sebelum penjelasan berfokus pada kelanjutan dari ayat 1-5 tersebut, saya ingin menghantarkan dulu pemahaman tentang QS. Al-‘Alaq ayat 1-5.
Kata iqra' yang dipahami dengan perintah baca, tidak hanya membaca sesuatu yang tersurat namun juga membaca sesuatu yang tersirat. Penguasaan pada aspek yang teoritis mesti memberikan kesan-kesan pemahanan pada aspek yang nonteoretis, hikmah, dan sesuatu yang tersembunyi di balik benda-benda yang empirik.
BACA JUGA: Peran MUI Merajut Persatuan Dalam Bingkai Keberagaman
Kata iqra’ itu berulang dua kali yang menandakan keberlanjutan dalam pendidikan dan pembelajaran. Apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad Saw bahwa menuntut ilmu itu dimulai dari ayunan sampai ke liang lahat, Longlife Education.
Pendidikan Islam diawali, dijalani, dan diakhiri melalui kedekatan dengan Allah. Dengan begitu, awal pendidikan Islam adalah dengan Allah (Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq). Dalam prosesnya, pendidikan Islam tidak terpisahkan dari Allah maka dikatakanlah Iqra’ wa Rabbukal Akram, Alladzi ‘allama bil qalam, ‘Alamal ins?na m? lam ya’lam.
Pada beberapa literatur dijelaskan bahwa seringkali pendidikan dalam Islam memiliki tujuan yang lebih dalam daripada sekadar peningkatan pengetahuan atau keterampilan.
BACA JUGA: Wukuf di Padang Arafah
Salah satu tujuan utama pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang lebih baik secara moral, spiritual, dan sosial. Oleh karena itu, tunduk dan mendekat kepada Allah merupakan aspek yang sangat penting dalam akhir dari pendidikan Islam.
Kita bisa menemukan esensi dari pendidikan Islam dari informasi yang telah diberikan Allah melalui Al-Qur’an, di antaranya ketakwaan, kesadaran, etika, kepedulaan, dan spiritualitas.
Mari kita ikuti penjelasannya satu persatu; ketakwaan (taqwa) ditandai dengan tunduk dan mendekat kepada Allah, yaitu kesadaran dan ketaatan terhadap-Nya dalam semua aspek kehidupan.
BACA JUGA: Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Islam
Ketakwaan adalah dasar pendidikan Islam dan menjadi landasan moral dan etika bagi setiap individu. Dalam konteks pendidikan, taqwa mendorong seseorang untuk mengembangkan kepribadian yang jujur, bertanggung jawab, dan memiliki rasa empati terhadap sesama.
Kesadaran terhadap tujuan hidup berarti bahwa pendidikan Islam membantu manusia memahami tujuan hidupnya yang lebih besar. Ketika seseorang tunduk dan mendekat kepada Allah, mereka memiliki kesadaran bahwa tujuan hidup sejati adalah untuk mengabdikan diri kepada-Nya dan berkontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Ini membantu menghindari sikap egois dan memprioritaskan kepentingan umum.
Moralitas dan etika, mendekat kepada Allah mendorong pembentukan karakter yang bermartabat dan memiliki moral yang kuat. Pendidikan Islam mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kerja keras, kedermawanan, kesabaran, dan toleransi. Dengan menjalankan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, individu menjadi teladan yang baik dalam masyarakat.
BACA JUGA: Bulan Syawal, Asal-usul dan Berpuasa 6 Hari
Rasa syukur dan kepedulian maksudnya bahwa tunduk dan mendekat kepada Allah mengajarkan rasa syukur atas nikmat-Nya dan kesadaran terhadap kebutuhan sesama manusia.
Pendidikan Islam mengajarkan pentingnya berbagi dan membantu mereka yang membutuhkan. Ini mendorong manusia untuk mengembangkan sikap dermawan dan saling peduli dalam masyarakat.
Terakhir, pengembangan Spiritualitas yang mana pendidikan Islam tidak hanya berfokus pada aspek materi dan dunia nyata, tetapi juga pada pengembangan spiritualitas individu.
Mendekat kepada Allah melalui ibadah dan refleksi membantu mengokohkan ikatan spiritual individu dengan Tuhan, menciptakan kedamaian batin, dan mengatasi cobaan dan kesulitan dalam hidup.
Kembali pada pemahaman tentang QS. Al-‘Alaq setelah ayat 1-5 atau lebih tepatnya ayat 6-19 yang secara khusus ingin dikaji dalam tulisan ini. Saya lebih melihat ayat tersebut sebagai proses pendidikan Islam.
Ayat tersebut berkisah tentang manusia yang telah melampaui batas dan mereka merasa sudah cukup secara materi dan wawasan. Padahal, manusia secara terpaksa atau secara suka rela, semua manusia akan kembali kepada Allah.
Hal ini dapat dipahami bahwa peserta didik, tentu ada yang berkepribadian yang baik dan ada yang berkepribadian yang buruk. Anak didik yang buruk itulah yang akan menjadi tugas berat dalam pendidikan Islam.
Kelompok anak didik tersebut menjadi prioritas utama untuk dibina dalam proses pendidikan Islam. Implementasinya adalah bagi sekolah-sekolah Islam mesti memiliki peta akademik dan nonakademik peserta didik.
Bagi anak yang belum terdidik sebagaimana tujuan pendidikan Islam maka tugas guru dan dosenlah yang akan membimbing mereka. Ingatkan mereka selalu dengan Allah.
Anak yang baik sudah berada dalam al-hud? dan al-taqwa, namun anak didik yang masih belum mendapatkan petunjuk dan taqwa maka ini sesunggunya mereka masih berada dalam kadz-dzaba wa tawalla.
Sebagimana kita memberikan motivasi untuk belajar dan pendidikan yang berkelanjutan, maka menasehati dan memperhatikan peserta didik yang nakal itupun tidak boleh berhenti begitu saja.
Singkat kata, semua peserta didik yang telah berproses dalam pendidikan Islam haruslah menjadi manusia-manusia yang tunduk dan dekat dengan Allah (kall? l? tuthi'hu, wasjud waqtarib).
BACA JUGA: Taaruf Tidak Sama dengan Pacaran
Ketika semua warga sekolah dan kampus, baik pendidik (dosen, guru, pamong, widyaiswara) maupun yang dididik (peserta didik, siswa, mahasiswa) tunduk kepada Allah, mereka membawa prinsip-prinsip etika dan moral ke dalam pekerjaan dan profesi mereka. Ini berarti bahwa pendidikan Islam tidak hanya membentuk karakter yang baik dalam konteks pribadi, tetapi juga dalam konteks profesi.
Menjadi salah pemahaman “kelompok pendidik” yang mengabaikan anak didik nakal, malas, dan gagal. Bahkan, ada pula pendidikan yang mungkin saja tidak mengerti dan tidak memahami pendidikan Islam, yang mendiskreditkan siswa-siswa nakal.
Pendidik yang frustasi dan berputus asa terhadap rahmat Allah untuk mengubah etika dan moralitas anak didiknya. Tentu sangat disesalkan sikap pendidik yang demikian itu.
Dalam dunia yang semakin kompleks, tunduk kepada Allah membantu individu menghadapi tantangan moral dan etika dengan bijaksana. Pendidikan Islam membekali mereka dengan panduan yang jelas dan etika yang kuat untuk menghadapi situasi yang sulit atau kontroversial.
Dalam rangka mencapai tujuan ini, pendidikan Islam mengajarkan kepada kita keseimbangan antara penggunaan akal, hati, dan spiritualitas. Ketika seseorang tunduk kepada Allah, mereka membangun pondasi moral dan etika yang kokoh, membentuk karakter peserta didik yang kuat, dan mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan sekitar.
====
Penulis Tenaga Pengajar pada Universitas Islam Negeri Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]