Cerita tentang restoran selalu menitikkan selera. Ada sop kambing, ayam panggang dan sebagainya. Namun di musim wabah corona ini, kisah getir mulai bermunculan.
Saya ingin bercerita tentang Donald Trump, sang news maker yang tak pernah kering. Walau kontroversial, dia bisa juga low profile. Syahdan, di tengah gencarnya serangan Covid-19, dia meminta beberapa gubernur negara bagian untuk membuka kembali perekonomian AS. Dia pun meluncurkan rencana tiga fase yang akan dimulai awal Mei 2020.
Perempuan bertubuh seksi itu. Ada pula yang menulis “perempuan berbibir sensual.” “Berambut bak mayang terurai.” Bahkan ada yang menggambarkan “bertubuh bahenol".
Alkisah, 8 Maret lalu adalah Hari Perempuan Sedunia atau Women’s Day. Kala itu, Ika Vantiani, seorang seniman di Jakarta mengkritik pemerintah, dan sudah ditulis beberapa media. Soalnya, defenisi perempuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebut, maaf, sebagai 'orang yang memiliki puki (vagina), dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui; ...
Kabar muram berembus. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terancam anjlok. Menteri Keuangan Sri Mulyani menaksir penurunan PAD itu, dan yang terbesar di Pulau Jawa, hampir 40%. Begitulah, Sri Mulyani berucap dalam telekonferensi, Selasa (14/4/2020).
Kita sudah terbiasa melihat tayangan petugas memeriksa pengguna transportasi di era pandemi corona ini di televisi. Apakah pengendara sepeda motor dan mobil memakai masker? Apakah penumpang mobil atau angkutan kota benar-benar hanya 50% dari kapasitas?
Momentum Ketua Dewan Pers, Muhammad Nuh meminta pemerintah memberikan insentif kepada perusahaan pers yang terpukul karena Covid-19, bagaikan angin bertiup layar pun dikibarkan.
Sang waktu datang mengirimkan balatentara musuh dari seberang laut. Oh, Tuhan! Sosoknya tak kasat mata. Tak seperti perang Vietnam dulu. Tentara Amerika mengejar Vietkong di hutan rimba, meski kadang mendadak balik diserang, seperti perang gerilya di masa revolusi.
Media cetak ternyata diperhitungkan. Mengacu kepada penjelasan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, media cetak (dan sektor komunikasi lainnya, seperti televisi dan radio) termasuk yang tidak terkena PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Dia ikut dalam barisan sektor keuangan, pangan, perdagangan, migas, air dan lainnya.
Kangen kamu
Sungguh hati bicara
Aku kangen kamu meski jauh
Kangen kamu
Pikiranku ke kamu
Rasa ini tak pernah selesai
Dalam sepi ingat kamu
Di tengah ramai ingat kamu
Kamu…
Saya salut kepada pak Achmad Yurianto. Juru Bicara Pemerintah dalam Penanganan Covid-19 itu sungguh sangat sabar. Saban muncul di layar televisi, pelan-pelan dia ungkapkan perkembangan virus corona. Baik angka akumulasi yang positif terjangkit virus itu, maupun yang sembuh dan meninggal dunia.
Saya ingat di era orde lama, kata-kata pemimpin terbang dari Jakarta berembus ke desa-desa di kaki gunung. Ke tepi sungai dan pantai. Ke berbagai kota yang tersebar di seluruh nusantara.
Ketika orde baru bangkit pada 1966, radio dan televisi di negeri ini gemar memperdengarkan lagu-lagu perjuangan. Ada lagu “Sorak-sorak Bergembira,” “Halo-halo, Bandung,” “Garuda Pancasila,” “Padamu Negeri,” “Dari Barat Sampai ke Timur,” dan lain sebagainya.
Fenomena virus corona, dan korban kematian, tampaknya berpusat di kota-kota besar, dan merembes ke daerah. Gejala ini terjadi di banyak negara di berbagai belahan dunia.
Saya teringat lukisan Dede Eri Supria, pelukis beraliran realis dan hyperrealis itu. Dia pernah melukis Jalan Thamrin, Jakarta, dengan gedung-gedung megah dan jangkung di kedua sisi jalan protokol di Jakarta. Namun jalanan lengang. Tidak ada arus lalulintas.
Tradisi mudik akhirnya diperbolehkan. Tidak dilarang. Tapi sekaligus menjadi “pekerjaan rumah” tambahan bagi Pemda di daerah. Para pemudik diharuskan mengisolasi diri selama 14 hari, dan Pemda mengawasi dan memastikannya berjalan dengan baik.
Sampai seberapa lama gerangan pandemik Covid-19 mencekam Indonesia. Sulit memprediksinya. Jika menyimak keterangan Juru Bicara Pemerintah Achmad Yurianto, saban hari masih bertambah lebih 100 orang warga yang ditemukan positif corona. Warga yang sembuh pun lebih sedikit dibandingkan dengan yang meninggal dunia.
Saya tiba-tiba teringat ketika bekerja sebagai penyiar di RRI stasiun Sibolga pada 1970-an. Selain, sebagai pembaca berita, saya juga mengasuh acara “Ruangan Remaja,” “Ruangan Sastra” dan “Sandiwara Radio”.
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan tercatat sekitar 9%, atau 24,79 juta jiwa. Akibat serbuan virus corona, jumlahnya saya kira akan bertambah banyak. Yakni, mereka yang pendapatannya tergerus karena serangan corona.
Bulu tengkuk saya bergidik mendengar ungkapan Presiden Ghana, yang viral di kalangan netizen dua hari lalu. “Saya yakinkan Anda bahwa kami tahu apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian. Apa yang kita tak tahu adalah menghidupkan kembali orang (meninggal),” ujarnya. Presiden Nana Akufo Akodo.
Wacana karantina wilayah kian bergema. Ketika Menko Polhukam Mahfud MD tampil di televisi, dia ungkapkan yang dimaksud adalah pembatasan pergerakan orang antarwilayah. Adapun pergerakan barang dan sembako tetap bisa berlangsung.
“Hei Porjan, kau harus sering-sering cuci tangan untuk menghindari penularan virus corona,” seru Bargot kepada temannya melalui telpon genggam. “Apa Bung tidak salah, Bargot,” sahut Porjan. “Perilaku cuci tangan itu tidak terpuji. Itu adalah kiasan terhadap orang-orang yang menghindari tanggung-jawab,” lanjut Porjan.
Belum terdengar kabar ada media massa yang diliburkan. Atau setidaknya work from home (WFH). Tidak seperti sekolah dan kampus yang untuk sementara diliburkan, dan lalu belajar melalui electronic learning. Atau seperti sebagian ASN yang WFH.
Bargot kini menikmati stay at home. Bangun pagi dan breakfast. Lalu, mulai membuka berkas kerja kantornya. Kadang membuat laporan ke atasan. Bisa juga membuat konsep surat menjawab surat instansi lain. Lalu, dikirimkan via email ke kantor.
Saya mengendap-endap. Lalu, eh, astaga saya terperanjat. Saya bertemu dengan virus corona sedang berjuntaian di sebuah ranting pohon. “Hei, marilah kemari, oh, kawan,” serunya bergairah bak lagu Titiek Puspa..
Ketika kematian pertama, Adriano Trevisan seorang pensiunan pekerja bangunan di sebuah rumah sakit Februari silam di Schiavonia, kafe-kafe, restoran pizza dan bar masih penuh sesak di Italia. Destinasi wisata dikerumun oleh pengunjung.
Pada akhir kepemimpinan tahun 2019, Pemerintahan Jokowi-JK menyuarakan dengan akan melakukan pemindahan ibu kota negara ke Provinsi Kalimantan Timur, tepatnya di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara. Beban Jakarta sebagai ibu kota negara sekarang ini dinilai sudah sangat terlalu berat.
Virus corona itu jahat. Tapi mereka yang terinfeksi bukanlah pelaku kejahatan. Berbeda dengan bandar dan pengedar narkoba adalah pelaku kejahatan. Atau koruptor, pelaku begal dan pembunuh serta pemerkosa.
Mulanya di Wuhan, Cina pada awal Januari 2020. Tapi kini merebak di 160 negara. Sudah 244.000 orang terinfeksi dan lebih 10.000 orang yang meninggal dunia. Tercatat lebih 86.000 orang sembuh. Begitulah data yang saya jelajahi di internet.
Corona “menyerbu” kita pontang panting. Sendi-sendi perekonomian mengalami kontraksi. Mal, plasa dan pasar sepi. Arus wisatawan asing anjlok. Penumpang angkot, transportasi online dan maskapai penerbangan jauh berkurang.
Saya teringat rebu, suatu pantangan dalam adat istiadat suku Karo Yakni, dilarang berbicara langsung antara mertua wanita dengan kela (menantu pria). Juga antara bengkila (mertua pria) dengan menantu wanita. Tak hanya berbicara langsung. Juga dilarang bersentuhan anggota badan. Duduk berhadap-hadapan dan duduk pada sehelai tikar/kursi.
Waduh. Dolar AS, Kamis (19/3/2020)sudah bergerak di level Rp 15.929. Angka ini yang tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Kita ingat, saat kisis moneter 1998, dolar AS sempat menyentuh level Rp 16.650.
Tiada hari tanpa berita corona. Televisi, radio, media cetak dan online ramai dengan berita tentang corona. Tak hanya dalam negeri dan antardaerah, tetapi juga dalam skala global internasional.
Jabat erat, berpelukan dan cipika-cipiki untuk sementara diinterupsi. Inilah, akibat pandemi corona yang mencemaskan dunia. Syahdan, kontak langsung secara pisik antarmanusia membuka peluang penularan virus corona. Padahal, jabat erat, berpelukan dan cipika- cipiki adalah pertanda keakraban. Dia digerakkan oleh batin dan lalu menggejala secara pisikal.
Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi (terpaksa) menunda Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) atau Sumut Fair di tengah pandemi corona atau covid-19. "Saya mohon maaf, ada yang bikin acara, nanti kita akan anulir kembali. Seperti contohnya PRSU, Sumut Fair, ini kita tunda," kata Edy saat memberi sambutan dalam acara MTQ di Yayasan H Anif, Medan, Minggu (15/3/2020). ...
Salam siku, apa pula itu. Kerennya disebut elbow bump greeting. Tren salam siku muncul usai sejumlah pejabat tinggi dunia menyoroti potensi penularan virus COVID-19 melalui jabat tangan. Telapak tangan dua orang kontak fisik secara langsung.
Gatal kuping kita mendengar perdebatan kedua orang itu. Rasanya, maaf, mirip dua orang buta yang menceritakan bentuk gajah seperti apa. Yang satu bilang panjang melengkung karena ia meraba belalainya.Yang lain bilang besar, karena meraba tubuhnya. Masing-masing merasa pendapatnya paling benar.
Ada olok-olok tentang rapat. “Rapat-rapat, ketua mendapat,” adalah contoh sinisme. Namun kalau rapat di jajaran redaksi surat kabar, ada juga anekdot berbeda. Seorang redaktur memperkenalkan dirinya. “Nama si Anu, pekerjaan: rapat. Tak hanya mengedit berita yang dibuat reporter, tapi juga me-rewrite, menulis ulang berita hingga lebih enak dinikmati oleh ...
Sumut Fair nama baru dari Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) akan dibuka 20 Maret mendatang di kawasan eks Tapian Daya Medan. Saya teringat di sinilah kelak Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) yang semula di Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan, berlokasi.
“Kapan ya petani kita meraih informasi bibit unggul terbaru, mengetahui kondisi cuaca harian, bahkan harga berbagai jenis panenan melalui internet?” kata Bargot. “Wah, angan-anganmu hebat,” tanggap Porjan kepada sahabatnya itu saat kedua tokoh fiksi kolom ini ngobrol di sebuah kafe di kota ini.
Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) berganti nama menjadi Sumut Fair. Sebetulnya pengertiannya tak jauh bergeser. Sama-sama sama berfokus kepada pameran dagang dan promosi produk daerah. Sumut Fair 2020 akan berlangsung pada 20 Maret hingga 14 April di Jalan Gatot Subroto, KM 6,5, Medan.
Pilkada Serentak 2020 sudah semakin dekat. Masa pendaftaran pasangan calon Pilkada dilakukan melalui KPU daerah pada 8-30 April 2020. Lalu, disusul pengumuman penetapan pasangan calon kepala daerah pada 13 Juni 2020.
Saya tiba-tiba teringat Poda na Lima, suatu nasihat turun temurun di tanah Batak. Dia dikenal di Toba, Mandailing dan Angkola, walau tanpa SK bupati atau gubernur. Dia berbenih di masyarakat, lalu tumbuh menjadi kearifan lokal tanpa undang-undang formal.
Porjan dan Bargot, dua sahabat akrab itu berbincang-bincang tentang “jejak-jejak” Belanda di Danau Toba di sebuah kafe. “Ada lho Terusan Wilhelmina di Danau Toba,” kata Bargot kepada Porjan. “Wah, di mana itu,” seru Porjan.